Jumat, 04 Juli 2008

GRUP MUSIK "KESPER" YOGYAKARTA PUKAU WARGA SURABAYA

Surabaya, 20/6 (ANTARA) - Grup musik "Kesper" (Kelompok Studi Perkusi) Yogyakarta tampil memukau dalam ajang "Surabaya Full Musik" (SFM) 2008 yang digelar di gedung Cak Durasim, Taman Budaya Jawa Timur (TBJT) di Surabaya, Jumat malam.
Anak-anak muda itu membawakan beberapa komposisi, yakni "Suita for Solo Drumset" karya David Mancini dengan durasi sekitar sembilan menit, "Caravan" karya Duke Ellington yang diaransemen oleh Adrian dengan durasi sekitar tujuh menit dan "Mystery of Creativity" karya Kesper dengan durasi tujuh menit.
Kelompok yang terdiri atas mahasiswa Jurusan Musik ISI Yogyakarta itu terlihat menguasai permainan alat-alat perkusi. Maklum, mereka menekuni secara khusus alat-alat tabuh itu secara intensif sejak empat tahun lalu.
Kesper itu dibentuk 21 Mei 2001 oleh mahasiswa angkatan pertama yang mendalami perkusi. Formasi lengkapnya terdiri atas 13 pemain namun dalam penampilannya di SFM hanya tampil sembilan pemain.
Kelompok yang dipimpin Petrus Agung ini pernah tampil di Trans TV, pembukaan konser Siti Nurhaliza di Yogya Expo Center, beberapa konser tunggal di Purna Budaya Yogya, Kedai Kebun Yogya, Universitas Kristen Duta Wacana Jogja.
Selain Kesper, penampilan pada malam ketiga SFM itu juga dimeriahkan oleh kelompok "Wedang Jahe" Surabaya, Komunitas Musik Kontemporer Lampung (KMKL) dan Topa dari Kalimantan Timur.
KMKL membawakan komposisi berjudul "Nyambai Agung" atau pesta besar dengan komposer Entus Alrafi. Kelompok ini mengolah sumber garapan dari musik tradisi Lampung yang menggunakan peralatan "cetik" atau kulintang bambu dan "serdam" (suling).
Kelompok ini membawakan sajian musik yang berawal dari penggambaran suasana persiapan pesta dengan sentuhan keyboard, ditingkahi suara suling lalu muncul muayak sebuah sastra lisan Lampung difungsikan sebagai pengantar akan adanya pesta besar.
Alunan musiknya mengembang oleh sentuhan perkusi, drum, bass dan centik. Lagu yang mereka dendangkan itu juga diiringi tetabuhan yang begitu rancak bernuansa reaggae.
Sementara Topa membawakan komposisi berjudul "Song of Tanah Tua" yang digarap oleh Tri Andy Y dengan didukung alat berupa Sampe', gambus, bass elektrik, gendang, suling, jatung utang. Mereka tampil sekitar 15 menit.
Permainan musik mereka diinspirasi oleh kondisi alam di Kalimatan timur yang semakin hancur dan tak menentu. Akibatnya musim yang tak lagi teratur karena pemanasan global. Semua itu terjadi akibat ulah manusia yang tidak bisa menjaga alamnya.

GRUP MUSIK "WEDANG JAHE" PENTASKAN PILKADA DAN KPU

Surabaya, 20/6 (ANTARA) - Grup musik kontemporer Surabaya, "Wedang Jahe" mementaskan komposisi berjudul "Pilkada" dan "KPU" pada hari ketiga even "Surabaya Full Music" (SFM) yang digelar oleh Taman Budaya Jawa Timur (TYBJT) di Surabaya, Jumat malam.
Kelompok yang akan bermain sekitar 20 menit itu didukung oleh Sarjoko (biola), Ari (kendang reog), Mukmin (terompet), Fathony (dol, perkusi dari Bengkulu), Budi (srompet Reyog), Aulia (terbang) dan Aris Setiawan yang juga komposernya memegang gender.
Alat-alat musik itu berasal dari berbagai daerah, seperi gender dari gamelan jawa, Dol dari Bengkulu, terbang dan srompet biasa dimainkan untuk Reyog Ponorogo, seruling Sunda, seruling Banyuwangi dan lainnya.
Komposer kelompok "Wedang Jahe", Aris Setiawan mengatakan bahwa penyajian dua komposisi itu mencoba merespons pesta demokrasi yang saat ini sedang menjadi masalah menarik karena pada pesta demokrasi itu rakyat bisa memilih langsung.
"Namun di sisi lain pesta itu juga memunculkan konflik horizontal. Dalam hal ini saya lebih menekankan pada pesta yang di dalamnya terdapat berbagai suasana, ada perselisihan, kemarahan maupun kesedihan. Kesemuanya kami rekam lalu dituangkan ke dalam musik," ujarnya.
Pada kedua komposisi itu Aris menyisipkan suatu pesan agar dalam pilkada langsung itu tidak seharusnya membuat konflik dan sepatutnya ada kesadaran untuk bersikap dewasa dalam merespon perkembangan sistem kemasyarakatan.
Sementara pada komposisi KPU, ia ingin merekam suasana kerja, yakni KPU harus menghitung suara dan mengumumkan hasil kerja. Setelah hasilnya disampaikan, kemudian muncul kelompok yang tidak puas atau menolak.
"Karena itu sebenarnya antara karya Pilkada dan KPU itu suasana musiknya berkaitan," kata lulusan ISI Yogyakarta jurusan tari itu.
Ia mengemukakan bahwa Wedang Jahe merupakan kelompok musik yang cenderung pada bentuk etnik kontemporer. Kelompok ini didirikan Juli 2005 dengan spirit mengusung musik etnik sebagai pijakan dalam pementasannya.
"Namun demikian, musik etnik itu tidak dimainkan dalam pola tradisi, tetapi ada pengembangan dan eksplorasi sehingga alat musik etnik itu mampu memberikan inspirasi dalam suasana kekinian," katanya.

GRUP MUSIK SIWALIMA MALUKU HIBUR WARGA SURABAYA

Surabaya, 19/6 (ANTARA) - Grup musik Siwalima dari Taman Budaya Maluku menghibur masyarakat Surabaya, Kamis malam dalam ajang "Surabaya Full Music" (SFM) yang digelar Taman Budaya Jawa Timur (TBJT).
Kelompok pimpinan Drs Semy A Toisuta membawakan komposisi, antara lain, "Kintal" dan "Nurani Jagad" dengan komposer Maynart RN Alfons. Mereka didukung 15 personel dengan penampilan sekitar 10 menit.
Penampilan mereka didukung alat musik khas Maluku, seperti, kleper, alat dari daun kora-kora, telong-telong, tiu-tiu daun kelapa, tiu-tiu loleba, suling bambu, flut, biola, piano, rebana, tifa dan totobuang.
Menurut Maynart yang menyelesaikan S1 dan S2 di ISI Yogyakarta, karyanya berjudul "Kintal" itu sedikit banyak juga mengadopsi konsep lagu Jawa dengan menggunakan totobuang (bonang) dalam nada slendro.
"Untuk Nurani Jagad yang saya mengambil filosofi melodinya dari burung kuning, yakni sejenis unggas yang sudah sangat langka di Ambon. Disebut burung kuning karena seluruh bulunya berwarna kuning," katanya
Ia mengemukakan, saat masih kecil dirinya masih melihat begitu banyak burung itu. Bunyi burung itu dia ambil notasinya kemudian dikembangkan dengan peralatan suling bambu, flut, biola, rebana dan lainnya.
Mengenai nama Siwala, ia mengemukakan, diambil dari nama kelompok Siwa (sembilan) dan kelompok Lima di daerah Maluku. Masyarakat Siwa menggunakan bahasa Alone, sedangkan masyarakat Lima menggunakan bahasa Wemale.
Pada kesempatan itu ia mengemukakan keprihatinannya karena meskipun masyarakat Ambon terkenal memiliki tradisi bermusik yang bagus, namun kini hanya dirinya di Ambon yang menekuni musik secara akademis.
"Hal itu karena masyarakat Maluku masih menganggap musik hanya sebagai hiburan. Karena itu perkembangan segmen musik pop sangat subur dan tidak heran jika ada empat hingga lima grup musik asal Ambon yang rekaman di Jakarta setiap tahunnya," katanya.

MUSIK RANCAK MADURA - DAYAK BERTEMU DI SFM

Surabaya, 18/6 (ANTARA) - Kelompok musik rancak dari Madura dan Dayak, Kalimantan bertemu dalam pembukaan "Surabaya Full Music" (SFM) 2008 di halaman Taman Budaya Jawa Timur (TBJT), Rabu malam.
Pada kegiatan yang dibuka Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Jatim, Dr Rasiyo, MSi itu, tampil musik "Kramat Ensamble" dari Pamekasan, Madura yang didominasi kendang, terbang dan alat-alat dari barang bekas.
Kelompok yang di Pamekasan biasa disebut "Ul Daul" dan sering dimainkan ketika hendak sahur di bulan Ramadlan itu membawakan lagu-lagu, "Surabaya Oh Surabaya", "Ghaik Bintang Gaggar Bulan", solawatan dan lainnya.
Sementara kelompok yang bernuasa musik tradisi Dayak dan gabungan dari musik tradisi Jawa, Sumatera, Sulawesi dan Bali dimainkan oleh Yayasan Lanjong dari Kutai Kertanegara, Kaltim yang juga tak kalah rancak.
Penampilan yang didominasi kendang dan terbang itu menampilkan gabungan musik tradisi, antara lain, Gending Ngremo dari Banyuwangi, Oleng dari Dayak pedalaman, Gending Jaok dari Bali, Gadis Melayu dari Sumatera dan Angin Mamire dari Sulawesi.
Kepala TBJT, Pribadi Agus Santoso mengemukakan bahwa SFM yang kali ini bertema, "Nyanyian Nusa Raya" memang berupaya untuk mempertemukan musik dari berbagai daerah, berbagai aliran dan jenis musik sehingga terlihat kebersamaan dan persatuan.
"Kegiatan SFM tahun ini juga menyauti 100 tahun Kebangkitan Nasional yang diperjuangkan oleh pejuang kita zaman dahulu untuk bersatu padu membangun negeri ini," katanya
Pada pembukaan tersebut, juga ditampilkan komunitas musik jazz Surabaya dan penampilan anak-anak usia sekolah dari "Yishun Primary School" Singapura yang memainkan angklung dan kolintang.
Meskipun membawakan kesenian asli Indonesia, namun penampilan anak-anak negara tetangga itu juga tak kalah menariknya. Beberapa kali penonton memberikan tepuk tangan panjang atas penampilan mereka.
Kelompok dengan komposer Mohamed Khamis Bin Selamat itu didukung oleh 45 orang pemain. Mereka membawakan tembang-tembang berjudul, "Gambang Suling", "Tuhan" dan "Singapura".

YAYASAN LANJONG PENTASKAN MUSIK NUSANTARA LIMA DI SURABAYA

Surabaya, 18/6 (ANTARA) - Yayasan Lanjong, Kutai Kartanegara, Kaltim menampilkan kolaborasi musik tradisi Nusantara Lima di ajang "Surabaya Full Music" (SFM) 2008, yang digelar Taman Budaya Jawa Timur (TBJT), Rabu malam.
Pembina Yayasan Lanjong, Supiyan disela-sela gladi bersih pementasan menjelaskan bahwa sajian itu merupakan perpaduan alat dan jenis musik tradisi dari Dayak pedalaman, Bali, Sulawesi, Jawa dan Sumatera.
"Kami memadukan lima musik daerah itu, untuk persahabatan dan persatuan sesama bangsa. Lima itu, mewakili lima agama serta berbagai budaya di daerah yang harus bersatu. Mungkin nantinya akan diambil dari daerah lain juga," katanya.
Ia mengakui bahwa sebanyak 11 pemain dalam kelompok ini banyak yang berasal dari daerah rantau. Karena itu, mereka memiliki keinginan untuk ikut menghargai dan mengapresiasi kekayaan musik dari daerah lain.
"Sebagai seniman, kami patut mengapresiasi musik dari daerah lain, bukan hanya daerah sendiri. Kita semua nanti bisa merasakan makna dan irama tradisi itu dalam suasana keakraban," kata lelaki asal Banyuwangi, Jatim ini.
Guru seni di SMA 2 Tenggarong itu mengemukakan, untuk sajian di even tahunan guna meramaikan Hari Musik Se Dunia itu, pihaknya memboyong alat-alat, seperti, saron, kendang, rebana, gambus, suling, sampe', gedong jong, gong dan lainnya.
"Lagu-lagu yang kami bawakan ada delapan komposisi, antara lain, Gending Ngremo dari Banyuwangi, Oleng dari Dayak pedalaman, Gending Jaok dari Bali, Gadis Melayu dari Sumatera dan Angin Mamire dari Sulawesi," katanya menambahkan.
SFM yang digelar setiap tahun oleh TBJT akan berlangsung mulai 18 hingga 22 Juni 2008. Sekitar 25 sajian kelompok akan ditampilkan dalam even tersebut.

UNESA KAMPANYEKAN "BELAJAR TANPA RASA TAKUT"

Surabaya, 18/6 (ANTARA) - Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) Universitas Negeri Surabaya (Unesa) menggelar kampanye, "Young Hearts; Belajar tanpa Rasa Takut" lewat berbagai kegiatan yang melibatkan guru, siswa, orangtua dan berbagai pihak se Surabaya.
"Kegiatan hasil kerja sama dengan Plan Indonesia dan Yayasan Sejiwa ini bertujuan untuk menghilangkan kekerasan yang selama ini sudah berlangsung lama di sekolah," kata Ketua Panitia kegiatan, Dr Djuli Djatiprambudi, MSi di Surabaya, Rabu.
Menurut dosen Seni Rupa itu, seharusnya para pendidik menjadikan sekolah sebagai tempat yang menyenangkan. Namun kenyataannya kekerasan di sekolah sudah berlangsung lama dan hingga kini masih banyak terjadi.
"Bahkan catatan Unecef tahun 2005 menunjukkan terdapat 35 bentuk kekerasan di sekolah yang terbagi dalam tiga kategori, yakni fisik, seksual dan psikis. Bahkan bentuk kekerasan di sekolah lebih banyak dibandingkan di rumah, jalanan maupun di masyarakat," katanya.
Lulusan S-3 seni rupa ITB itu mengungkapkan bahwa ujian nasional (Unas) juga merupakan salah satu bentuk kekerasan, bahkan cenderung menjadi "teror" bagi para siswa, guru dan aparat pendidikan di atasnya.
"Kalau Unas banyak yang tidak lulus, guru diteror oleh Kepala Dinas Pendidikan kabupaten atau kota. Kepala dinas itu diteror oleh kepala dinas provinsi, kepala dinas provinsi diteror oleh menteri dan seterunsya. Ujung-ujung yang terteror adalah siswa," katanya.
Dikatakannya, selain akibat sistem pendidikan, teror juga terjadi antara siswa terhadap siswa lainnya, bahkan bisa jadi dari siswa kepada gurunya.
Ia mengemukakan, lewat kegiatan ini, pihaknya ingin mengungkap berbagai bentuk kekerasan di sekolah yang saat ini tingkatnya sudah sangat kritis sehingga dampaknya luar biasa bagi anak didik.
"Di Surabaya ini ada beberapa yang terungkap dan yang terakhir adalah kasus anak SD yang dijewer telinganya hingga melepuh. Saya kira ini baru yang tampak, sementara yang belum teridentifikasi masih lebih banyak," katanya.
Menurut dia, untuk mengampanyekan belajar tanpa rasa takut itu, pihaknya menggelar seminar yang melibatkan guru, siswa, orangtua, psikolog, polisi dan media massa yang juga disinyalir ikut andil terhadap budaya kekerasan dalam proses belajar.
Selain itu juga digelar berbagai lomba seni yang diharapkan anak-anak memiliki kepekaan rasa sehingga mengurangi prilaku-prilaku kekerasan di sekolah.
"Lomba itu, antara lain, membuat poster, fotografi, musik dan mencipta puisi. Kami akan memilih wakil dari Surabaya untuk ikut kampanye antikekerasan di sekolah itu secara nasional di Jakarta dan se Asia Pasifik di Bangkok," katanya.

SFM 2008 DIBUKA PERKUSI MADURA DAN ANGKLUNG SINGAPURA

Surabaya, 17/6 (ANTARA) - "Surabaya Full Music" (SFM) 2008 yang digelar Taman Budaya Jawa Timur (TBJT) akan dibuka penampilan grup musik perkusi "Keramat" asal Madura dan permainan angklung "Yishon Primary School" dari Singapura, Rabu (18/6) malam.
Kepala TBJT, Drs Agus Pribadi Santoso, MM di Surabaya, Selasa mengemukakan, dipilihnya musik asal Pamekasan yang dikenal dengan sebutan "Ul-daul" itu karena memiliki ciri khas dan penampilan yang rancak dengan didukung 30-an personel.
"Kelompok musik yang dimainkan dengan alat-alat tradisional dan barang bekas ini sangat atraktif dan kelompok ini terpilih menjadi pengiring kontingen PON Jatim. Kelompok ini akan membawakan lagu-lagu Madura," katanya.
Untuk angklung asal Singapura dengan 51 pemain, pihaknya mengundang anak-anak setingkat SMA yang menjuarai festival angklung di negaranya. Di Singapura setiap tahun digelar festival angklung.
"Di negeri itu untuk sekolah setingkat SMA memang ada ekstra kurikuler musik angklung dan kulintang dan setiap tahun pada bulan April ada festivalnya. Kelompok 'Yishon Primary School' ini tahun ini juara pertama," katanya.
Ia mengemukakan, SFM yang berlangsung 18 - 22 Juni dengan tema "Nyanyian Nusa Raya" ini mengetengahkan beragam jenis musik yang berkembang di tanah air. Ada sekitar 25 penyaji, baik dari jazz, keroncong, musik tradisi maupun musik eksperimen.
Agus berharap, SFM menjadi ajang penuangan para musisi atau komponis yang ingin melahirkan karya-karya inovatif, baik yang bersandar pada seni tradisi, modern maupun konsep kontemporer.
"Selain sebagai hiburan bagi masyarakat Surabaya, ajang ini juga bisa dijadikan ajang aktualisasi gagasan musik terkini serta menjadi ruang dialog dan apresiasi yang strategis antara kreator, musisi, penikmat seni, kritikus dan publik," katanya.
Para penyaji yang siap menampilkan karya terbaiknya, adalah musik Casper dari Yogyakarta, Topa (Kalimantan Timur), Wedang Jahe (Surabaya), Enthus (Lampung), Aliansi Seni Surabaya dengan komposer Solichin Jabbar.
"Ada juga Nasir Umar dari Sulawesi Tengah, Air Music dari Malang dan Riau Rythem Chamber Music. Ada juga suguhan Fieldplayer dari negeri jiran Malaysia dikawal komposernya Rahaizat Hassan," ujarnya.
Selain itu juga ditampilkan musik Yayasan Lanjong dari Kalimantan Timur, Taman Budaya Kalimantan Timur, Maluku dan Kalimantan Selatan. Beberapa kelompok musik jazz Surabaya juga meramaikan even untuk memeriahkan Hari Musik Se Dunia itu.
Selain pagelaran musik, SFM juga menggelar diskusi dengan menghadirkan narasumber Gilang Ramadhan dari Jakarta yang dimoderatori Agus Bing serta workshop musik dipandu oleh I Wayan Sadra dari Solo.

SURABAYA RAYAKAN PESTA MUSIK SE DUNIA

Surabaya, 16/6 (ANTARA) - Kota Surabaya akan ikut merayakan kegiatan Pesta Musik Se Dunia ("Fete de la Musique") bertema "Mari Berdansa" yang digelar Pusat Kebudayaan Prancis (CCCL) di Surabaya, Sabtu, 21 Juni 2008.
Atase Pers CCCL, Pramenda Krishna Airlangga di Surabaya, Senin menjelaskan, kegiatan yang digelar di kebun CCCL itu diikuti lima grup band pelajar SMA, tujuh grup musik umum Surabaya dan kelompok "Zeke & The Popo" dari jakarta.
"Grup yang terlibat adalah, SMA Negeri 1, SMU Negeri 2, SMU Negeri 5, SMU Muhamadiyah 2, SMU Negeri 16, Cocktail (swing), Heavy Monster (ska), Albert & The Produkt (pop), The Marskall (ska), Meet The Quartet (jazz), Criminal Cat (dub), Call Me Nancy (indi pop)," katanya.
Menurut dia, seperti tahun-tahun sebelumnya, acara ini terbuka untuk umum secara gratis. CCCL membuka pintu bagi publik Surabaya untuk menikmati musik dari beragam jenis yang akan mengajak penontonnya berdansa.
Di Surabaya, katanya, acara tahunan ini telah menjadi tradisi dan dirayakan setiap tanggal yang sama dengan berbagai pertunjukan musik yang berbeda-beda.
"Pelaksanaan acara ini mempunyai tema internasional yang berganti-ganti. Pesta musik itu merupakan acara rakyat tahunan, gratis, terbuka untuk semua kalangan baik itu amatir ataupun profesional yang ingin berkreasi dan ditonton oleh publik yang dipenuhi keingintahuan," katanya.
Jika tahun lalu anak-anak yang merajai panggung di kebun belakang CCCL Surabaya, maka tahun ini atau edisi ke?27, kesempatan diberikan kepada para pelajar atau pemuda.
"Untuk penyelenggaran program ini CCCL bekerjasama dengan Give Me Five Production dan House of Rotten Apple untuk berbagi kegembiraan bermusik dengan publik Surabaya," katanya.

BURSA KAOS DAN BUKU "BANTING" HARGA DI PENUTUPAN FSS

Surabaya, 13/6 (ANTARA) - Peserta pasar kreatif yang menjual kaos oblong dan bursa buku, berjanji akan "banting" harga lagi di hari terakhir pelaksanaan Festival Seni Surabaya (FSS) 2008 di Balai Pemuda, Surabaya, Minggu (15/6).
"Kalau selama pelaksanaan FSS, mereka sudah memberi diskon hingga 70 persen, kini mereka berkomitmen untuk memberikan harga lebih khusus lagi selama satu hari saat penutupan FSS," kata PO Pasar Kreatif FSS 2008, Arie Istiawan kepada ANTARA di Surabaya, Jumat.
Ia mengemukakan, khusus mengenai pasar buku murah, para peserta banyak yang meraup keuntungan besar dalam ajang FSS ini. Bahkan penjual buku super murah, dengan harga rata-rata Rp5.000, Rp10.000, 15.000 dan Rp20.000 perbuku, omzetnya bisa mencapai Rp70 juta sehari.
"Karena itu, para peserta berjanji untuk memberikan bonus lagi bagi pembeli dengan nilai dan jumlah buku tertentu. Mereka betul-betul ingin memanjakan para pembelinya," kata lelaki yang akrab dipanggil Arie ini.
Ia mengemukakan bahwa banyaknya peminat bursa buku itu, karena harganya yang memang sangat murah dibandingkan dengan toko-toko buku yang bahkan juga sering menggelar diskon.
"Memang sangat murah. Mana ada buku di toko buku dijual dengan harga Rp5.000?. Ini mungkin yang membuat masyarakat banyak yang memborong buku," katanya menambahkan.
Ia mengemukakan, khusus buku-buku seni, yang paling banyak laris adalah buku mengenai seni rupa. Dari pengakuan peserta yang pernah mengikuti pameran dan bursa buku murah di kota lain, di Surabaya ternyata laris.
"Mungkin ini menunjukkan bahwa kegiatan seni rupa di Surabaya juga sedang tumbuh," katanya.
Pada kegiatan pasar kreatif tahun ini FSS menyediakan 28 "stand" (saung) untuk buku yang diisi oleh 17 penerbit, sedangkan untuk bursa kaos oblong disediakan 18 saung dengan memajang barang-barang yang produksinya terbatas dengan gaya desain yang unik.
Mengenai bursa kaos oblong, pihaknya belum bisa memastikan bagaimana animo masyarakat Surabaya.
Hanya saja, peserta bursa menyediakan desain khusus gaya Suroboyoan, seperti produk Cak-Cuk, Cangkrukan, Alapola (Madura) dan KK. Dalam ajang itu pengunjung bisa memesan langsung desain kaos dengan harga terjangkau.
"Yang paling unik adalah, kata-kata yang sering digunakan Cak Priyo Aljabar, pelawak yang juga presenter di televisi swasta akan dipajang di arena bursa ini. Ucapan Cak Priyo layak diabadikan di kaos, karena banyak mengandung motivasi," katanya.

TBJT TAMPILKAN KEBHINNEKAAN BUDAYA "ETALASE SUROBOYO"

Surabaya, 13/6 (ANTARA) - Taman Budaya Jawa Timur (TBJT) menampilkan kebhinnekaan seni budaya daerah lewat kegiatan bertema, "Etalase Suroboyo" sepanjang hari Minggu, 15 Juni 2008.
Kepala TBJT, Drs Agus Pribadi Santoso, MM di Surabaya, Jumat menjelaskan, "Etalase Suroboyo" merupakan upaya lembaganya untuk menampilkan berbagai kekayaan seni budaya daerah, khususnya Surabaya dan Jatim.
"Ini merupakan bentuk kepedulian TBJT untuk menjaga kelestarian seni budaya kita sendiri sebagai kekayaan daerah. Meskipun belum maksimal, tetapi beberapa potensi daerah kami tampilkan," katanya.
Menurut dia, untuk menjaga kebhinnekaan seni budaya itu diperlukan forum yang bukan saja bersifat kompetitif, tetapi juga yang sekedar bisa menampilkan beragam potensi itu ke tengah publik.
"Etalase Suroboyo" akan dimeriahkan dengan jaranan yang dimainkan oleh grup Reyog asal Kampung Kertajaya, Surabaya pada pukul 08.30. Grup reog yang tumbuh sejak 1960-an itu menyiapkan beberapa atraksi andalannya.
Seusai jaranan, dilanjutkan dengan parade tari Surabaya dengan menampilkan para penari dari Sanggar Tari Bina Respati, Pandu Siwi, Bina Tari Jawa Timur serta Sanggar Pemenang.
"Kemudian dilanjutkan oleh tingkah para bocah yang beradu dalam lomba busana Cak dan Ning Cilik. Puluhan siswa SD dan personel grup modeling telah menyiapkan diri untuk merebut tiket kemenangan dalam lomba versi TBJT ini," kata Agus.
Menjelang sore, arena TBJT bakal penuh aroma bunga oleh adanya demo rias manten Pegon. Manten Pegon atau Pengantin Surabaya Pegon merupakan satu-satunya gaya pengantin tradisional Surabaya yang menyiratkan akulturasi budaya Islam, Cina dan Barat pada busana, tata rias dan tata rambut serta rangkaian prosesinya.
"Adanya akulturasi itulah yang membuat Manten Pegon Surabaya sangat berbeda dengan pengantin Jawa lainya. Prosesi Manten Pegon disajikan oleh Titik selaku perias dan Sugihartik berperan sebagai pengarah acara dengan pengiring grup hadrah Al Banjari," katanya.
Prosesi itu juga dimeriahkan oleh penampilan lawak Momon Cs, penari Remo, Galuh Pambuka serta Lenggang Surabaya. Sementara sanggar Wijaya Kusuma yang konsisten menggarap berbagai jenis tarian Asia juga menampilkan beberapa kreasinya.

Kamis, 12 Juni 2008

"Surabaya Full Music" Refleksi Kebangkitan

Surabaya, 12/6 (ANTARA) - Ajang "Surabaya Full Music" (SFM) 2008 yang digelar Taman Budaya Jawa Timur (TBJT) kali ini, berupaya merefleksikan semangat 100 tahun kebangkitan nasional yang digelar 18 hingga 22 Juni.
"Karena itu, kami menampilkan berbagai kekayaan musik dari berbagai daerah di Indonesia dalam even ini. Temanya adalah, 'Nyanyian Nusa Raya'," kata Kepala TBJT, Drs Pribadi Agus Santoso MM di Surabaya, Kamis.
Menurut dia, walaupun nyanyian yang ditampilkan berasal dari berbagai daerah yang tersebar di seluruh pelosok nusantara, namun semuanya tetap dalam naungan Indonesia Raya.
Ia menjelaskan bahwa beberapa penyaji siap tampil, yakni kelompok musik Casper (Yogyakarta), Topa (Kaltim), Wedang Jahe (Surabaya) yang dimotori Aris dengan Enthus (Lampung), Aliansi Seni Surabaya dengan komposer Solichin Jabbar dan Nasir Umar dari Sulteng.
Kelompok lainnya adalah, Air Music (Malang), Riau Rythem Chamber Music (Riau), kolaborasi angklung dari Singapura serta Fieldplayer suguhan negeri jiran Malaysia bersama Rahaizat Hassan sebagai komposer.
"Selain itu, SFM juga menampilkan karya musik Yayasan Lanjong dari Kaltim, sejumlah taman budaya, seperti Kaltim, Maluku dan Kalsel. Jazzer Surabaya juga tampil dalam ajang tahunan itu bersama grup pelajar dan musik jalanan," katanya menambahkan.
Ia menjelaskan, kali ini semua jenis musik ditampilkan, mulai dari jazz, pop, keroncong, tradisi maupun musik eksperimen. Ada sekitar 25 kelompok yang akan ditampilkan di TBJT, Jl. Gentengkali 85, Surabaya itu.
Agus menuturkan, diselenggarakannya SFM 2008, selain memberikan hiburan juga bisa dijadikan ajang aktualisasi gagasan musik terkini serta menjadi ruang dialog dan apreasisi antara kreator, penikmat seni dan kritikus.
Selain menampilkan musik, kegiatan itu juga diisi dengan diskusi menghadirkan narasumber Gilang Ramadhan (Jakarta) dengan moderator Agus Bing. SFM juga diramaikan dengan "workshop" musik yang dipandu oleh I Wayan Sadra dari Solo.***1***/***2***
(T.M026/B/C004/C004) 12-06-2008 13:13:21

75 Karikatur 10 Negara dipamerkan di Surabaya

Surabaya, 12/6 (ANTARA) - Sebanyak 75 karikatur karya 10 seniman dari 10 negara Asia dipamerkan di Galeri Seni "House of Sampoerna" (HoS), Surabaya mulai 12 hingga 30 Juni 2008.
Manajer Pemasaran HoS, Rani Anggraini dalam siaran persnya yang diterima ANTARA di Surabaya, Kamis menyebutkan, pameran itu digelar atas kerja sama HoS dengan "The Japan Foundation" untuk memperingati 50 tahun kerjasama Jepang – Indonesia.
"Sejak 1995, 'The Japan Foundation' secara berkelanjutan melakukan kompetisi karikatur. Karya terbaik dari kompetisi tersebut dipamerkan di berbagai negara," katanya.
Seperti tahun-tahun sebelumnya, karikatur tersebut dipamerkan berkeliling di berbagai daerah di Jepang, Cina, India, Malaysia, Filipina dan Thailand. Di Indonesia, tahun ini karikatur terbaik ini dipamerkan di Jakarta dan Surabaya.
Ke-10 karikaturis itu adalah, Shishir Bhattacharjee (Bangladesh), Xia Dachuan (China), Jayanto Banerjee (India), Suu Kohma (Jepang), Tazidi (Malaysia), Lyndon Gregorio (Filipina), Dasa Hapuwalanage (Sri Lanka), Kosin Srilidtipradit (Thailand), Lap (Vietnam) dan Benny Rachmadi (Indonesia).
"Mereka terpilih karena dapat menciptakan karya yang menggambarkan kebudayaan generasi muda dari negara yang mereka wakili. Lewat pameran ini dapat dirasakan adanya perbedaan atau pun kesamaan budaya satu negara dengan lainnya," katanya.
Menurut dia, lewat karya-karya itu juga dapat dilihat bahwa perkembangan zaman dapat dirasakan terjadinya perubahan gaya hidup masyarakat di Asia, khususnya pada kalangan generasi muda.
"Pengaruh budaya Barat tercermin dalam berbagai segi kehidupan keseharian, seperti, struktur sosial maupun moral publik sehingga timbul perpaduan budaya Timur dan Barat, juga sentuhan tradisional dengan pengaruh modernisasi," katanya.
Sementara General Manager HoS, Ina Silas mengatakan bahwa galeri seni tidak harus hanya menjadi ruang pamer suatu karya, tetapi akan lebih baik bila ada pembelajaran yang didapatkan dari koleksi yang dipamerkan.
"Nilai-nilai pembelajaran inilah yang juga menjadi salah satu prioritas dalam pameran-pameran yang diselenggarakan oleh House of Sampoerna," jelasnya.
Ia mengemukakan bahwa HoS akan terus menjalin kerjasama pameran dengan pusat-pusat kebudayaan asing, seperti, "The Japan Foundation" untuk mengangkat aspek pendidikan, seni, budaya dan pariwisata.
"Apalagi House of Sampoerna telah menjadi salah satu ikon pariwisata di Surabaya. Dengan konsep 'One Stop Tourist Destination', pengunjung tidak hanya dapat menikmati pameran di galeri, namun juga dapat mengetahui sejarah perjalanan Sampoerna di Museum, bersantai bersama teman, keluarga ataupun bertemu rekanan bisnis di kafe dan lainnya," katanya.

Wayang "Ajen Kakufi" Bandung Tutup FSS 2008

Surabaya, 12/6 (ANTARA) - Wayang "Ajen Kakufi" dengan sutaradara Arthur S Nalan dari Bandung dan KH Salahuddin Wahid (Gus Sholah) akan menutup perhelatan Festival Seni Surabaya (FSS) 2008, Minggu (15/6) mendatang.
Koordinator Program FSS 2008, R Giryadi kepada wartawan di Surabaya, Kamis menjelaskan, wayang "Ajen Kakufi" atau wayang kayu kulit itu pernah mendapatkan tiga penghargaan dalam festival wayang internasional di Hanoi, Vietnam, Februari 2008.
"Wayang Ajen Kakufi dibawah pimpinan Arthur yang juga Ketua STSI Bandung saat itu mendapat medali emas untuk kategori dalang terbaik, lakon terbaik dan komposer terbaik," kata seniman teater itu.
Ia mengemukakan bahwa di FSS, kelompok wayang itu akan menampilkan lakon "Dewa Ruci, Nyanyian Air Kehidupan" yang dimainkan 11 orang dengan durasi sekitar 45 menit.
Menurut Giryadi, wayang "Ajen Kakufi" yang juga tampil di festival wayang internasional di Praha, Yunani dan India itu merupakan wayang kontemporer dengan berbagai inovasi yang menggabungkan wayang fiber dengan kulit serta golek.
"Pertunjukannya juga didukung dengan perangkat multimedia untuk memproyeksikan tokoh-tokoh pewayangan lainnya pada layar di bekalang dalang. Wayang ini juga mengolah musik dari alat-alat baru yang terbuat dari sampah," katanya.
Sementara Gus Sholah pada penutupan itu akan berduet dengan penyanyi Franky Sahilatua dalam kemasan, "Ngaji Kebangkitan". Pada kesempatan itu, Gus Sholah akan memberikan orasi ilmiah dengan iringan Franky.
Direncanakan penutupan FSS itu akan dipimpin oleh Gubernur Jatim, Imam Utomo. Sebelum proses penutupan, panitia menampilkan lagu-lagu yang diciptakan oleh musisi asal Surabaya, seperti almarhum Gombloh dan Frangky Sahilatua.
"Kami juga akan menampilkan karya-karya musisi Leo Kristi, kelompok Boomerang, Padi, Dewa, Powermetal dan lainnya," kata Giryadi.

Selasa, 10 Juni 2008

Suparto Brata Terbitkan 3 Novel Detektif Bahasa Jawa

Surabaya, 7/6 - 2008 (ANTARA) - Penulis sastra Jawa, Suparto Brata akan menerbitkan tiga novel detektif berbahasa Jawa yang diambil dari cerita bersambung dan pernah dimuat di beberapa majalah sekitar tahun 1970 dan 1990.
"Saya membukukan cerita detektif itu untuk merangsang orang membaca sastra Jawa karena biasanya banyak orang yang suka cerita detektif. Pengetikan ulang saya sendiri," kata Suparto kepada ANTARA di Surabaya, Sabtu.
Di usianya yang 76 tahun, penerima penghargaan sastrawan berprestasi Asia Tenggara, "The SEA Write Awards" di Bangkok, 12 Oktober 2007 itu tetap bertekad menjadikan sastra Jawa sebagai bacaan bergensi, bahkan di tingkat dunia.
Ketiga novelnya itu adalah, "Tretes Tintrim (Kota Tretes yang Sepi) pernah dimuat di Majalah Jayabaya, "Kunarto tan Bisa Kondho" (Mayat yang tidak Bisa Bicara) dimuat di Jayabaya tahun 1991-1992 dan "Garuda Putih" dimuat di majalah Panjebar Semangat tahun 1974.
Semua seting cerita dalam novel-novel yang sedang diketik ulang itu ada di Jawa Timur, yakni di Tretes dan Probolinggo. Tretes Tintrim dan Garuda Putih bercerita di Tretes, sedangkan Kunarto tan Bisa Kondho di Probolinggo.
Ia mengemukakan bahwa ktiga novelnya itu selalu menampilkan situasi dan prilaku masyarakat di kala cerita itu dibuat. Misalnya untuk novel Kunarto tan Bisa Kondho saat itu di masyarakat sedang marak dengan judi nomor buntut semacam togel.
"Novel Kunarto tan Bisa Kondho itu merupakan cerita detektif saya yang terakhir karena setelah itu saya menggarap cerita dengan tema-tema lain, termasuk sejarah," kata sastrawan produktif yang mendisiplinkan diri menulis setiap hari itu.
Pensiunan pegawai Pemkot Surabaya itu mengaku, kalau biasanya setiap pukul 04.00 pagi disibukkan dengan menulis novel baru dan kemudian dilanjutkan pada pagi hari setelah salat subuh dan olahraga, kini justru mengetik naskah lama.
"Soalnya dulu waktu menulis ketiga cerita bersambung itu kan tidak ada komputer sehingga tidak file-nya. Mudah-mudahan di tahun 2008 ini ketiga novel itu sudah selesai dan bisa segera terbit," kata pria kelahiran Surabaya, 27 Februari 1932 itu.
Ia mengaku, sebetulnya sudah ada ide-ide baru untuk menulis novel baru, namun pihaknya tetap konsisten untuk menyelesaikan pembukuan karya lama tersebut.
"Penerbitan novel itu sekarang masih tetap saya biayai sendiri, makanya pemasarannya sulit. Kadang-kadang tidak ada untung sama sekali," ujarnya.

Teater Ragil Pentaskan Masyarakat Rosa

Surabaya, 7/6 (ANTARA) - Teater Ragil, Surabaya mementaskan lakon berjudul "Masyarakat Rosa" pada hari ketujuh ajang Festival Seni Surabaya (FSS) 2008 di Balai Pemuda, Surabaya, Sabtu malam.
Lakon yang disutradarai Meimura dengan didukung pemain itu tampaknya menceritakan kehidupan saat ini dimana semua orang berebut untuk memenuhi kebutuhannya sendiri.
Masyarakat Rosa berkisah anak-anak desa yang menuju kota mencari "ibunya". Barangkali ibu yang dimaksud adalah penghidupan yang bagi orang-orang desa, sebuah kota itu menjanjikan sesuatu yang lebih layak untuk bertahan hidup.
Diceritakan bahwa di kota, sang "ibu" yang dicari tengah sibuk membaca mantra, tapi bukan untuk anak-anaknya. Semua menunjukkan sikap yang berpusat pada dirinya sendiri, seperti pasukan yang siaga bukan untuk rakyatnya.
Para ahli juga tak luput dari sindiran dalam lakon tersebut yang dianggapnya tidak lagi "membedah" persoalan atau "menemukan" hari esok yang lebih baik, melainkan ikut terlibat dalam perebutan.
Tidak hanya kalangan elit, seluruh masyarakat di kota itu juga berupaya untuk memenuhi egonya. Mereka berkelompok untuk menciptakan dirinya sendiri dengan cara apapun.
Sementara itu di tengah perjalanan menuju kota, anak-anak desa itu mengubah dirinya yang digambarkan sebagai penantian anak-anak menuju dewasa.
Pentas Masyarakat Rosa itu didukung oleh Catherine, Santos Sumoprawiro, Sihak, Farida, Dina, Puji dan Dona. Mereka adalah aktivis Teater Ragil yang berdiri sejak tahun 1985.

Jumat, 06 Juni 2008

M Djupri Terbitkan Kamus Suroboyoan

Surabaya, 6/6 (ANTARA) - Seorang wartawan senior yang lahir di Surabaya, M Djupri menerbitkan "Kamus Suroboyoan Indonesia" yang diluncurkan bersama dengan buku "Masuk Kampung Keluar Kampung" karya Akhudiat di kampus Unair, Surabaya, Jumat.
Kamus terbitan Henk Publica, Surabaya yang berwarna merah dan tebal 197 halaman itu memuat 4.200 kosa kata yang dikerjakan Djupri selama sekitar 2,5 tahun.
Pada bedah buku yang menghadirkan pembicara, Hasan Bahanan (Untag), Rusdi Zaki (wartawan asli Surabaya), Akhudiat dan dipandu Sirikit Syah itu, Djupri mengemukakan bahwa kamusnya baru memuat 1/10 dari jumlah kosa kata khas Surabaya.
"Saya iri dengan orang-orang yang membuat kamus Bahasa Using, Tegal, bahkan bahasa gaul dan lainnya, sementara Surabaya belum memiliki kamus. Padahal bahasa Arek Surobyo itu memiliki kekhasan dan keunikan," katanya.
Lelaki yang kini bermukim di Malang itu mengemukakan bahwa dirinya juga memiliki alasan "politis" sehingga terbit sebuah kamus yang dianggapnya masih jauh dari sempurna itu, yakni karena perseteruan suporter sepakbola Malang dengan Surabaya.
"Suatu ketika Pak Sugiono (mantan walikota Malang) datang ke Surabaya menemui Cak Kadar (Kadaruslan, tokoh Surabaya) untuk menyatukan suporter Malang dan Surabaya. Lewat kamus ini, saya ingin menunjukkan bahwa orang Malang juga peduli pada Surabaya," katanya.
Ia mengemukakan bahwa dalam waktu singkat sekitar 2,5 tahun, ia mengumpulkan kata-kata khas Surabaya itu berdasarkan ingatannya karena ia lahir di Surabaya dan juga banyak bertanya kepada orang lain.
Sementara Sirikit Syah selaku wakil dari Henk Publika mengemukakan bahwa awalnya ia menghadapi dilema dengan penerbitan kamus itu karena keberadaannya masih jauh dari sempurna.
"Tapi kalau tidak diterbitkan, kapan lagi? Karena itu kami putuskan terbit dulu, nanti pasti akan banyak masukan. Toh di dunia ini tidak ada buku yang sempurna karena kamus itu kan bukan kitab suci," katanya.
Nanang, produser televisi swasta Surabaya yang menyiarkan berita dengan Bahasa Surabaya menyatakan gembira dengan terbitnya kamus tersebut karena pihaknya akan memiliki pedoman dalam menggunakan bahasa Jawa gaya Surabaya.
"Selama ini kami menggunakan bahasa Suroboyoan itu berdasarkan yang terjadi di masyarakat. Karena itu kami selalu menyebutkan istilah yang kami gunakan sesuai dengan tempat kejadian di kampung-kampung Surabaya," ujarnya.

Kafiyah Glenn Fredly Hadiah Umroh Dewi Sandra

Surabaya - Penampilan penyanyi Glenn Fredly kini berbeda karena selain menggunakan topi, di lehernya juga melilit kafiyah atau kain penutup kepala yang biasa digunakan orang-orang di negara Arab.
Kafiyah berwarna hitam putih yang dikenakannya saat jumpa pers di Surabaya, Rabu (4/6) itu ternyata merupakan benda yang memliki makna khusus bagi pria bernama asli Glenn Fredly Deviano Latuihamalo itu.
"Ini hadiah dari Dewi Sandra saat umroh beberapa waktu lalu. Sebetulnya aku minta minyak zaitun. Saya hanya ingin tahu saja minyak itu dan ternyata dibawakan ini," kata suami penyanyi Dewi Sandra yang akan menggelar "Intimate Concert" di SSCC Pakuwon, Surabaya, Jumat (6/6) malam itu.
Saat didampingi promotornya, Jeffry Waworuntu dari Ruth Sahanaya Productions (RSP) itu, ia bercerita bahwa Dewi Sandra memang juga membelikan minyak zaitun yang konon biasa digunakan sebagai obat-obatan.
Pada jumpa pers itu, Glenn Fredly memang tampak enggan bercerita hubungannya dengan sang istri, demikian juga ketika ditanya kesannya antara Dewi Sandra sang istri dengan penyanyi dangdut Dewi Persik yang menjadi bintang tamu pada konsernya di Jakarta, 1 Juni lalu.
"I love Dewi-Dewi lah. Saya cinta banget sama Dewi Persik," kata penyanyi lagu "Selamat Pagi Dunia" dan "Terpesona" itu.
Ia juga mempersilahkan wartawan apakah ungkapannya tentang Dewi Persik yang mantan istri penyanyi Saiful Jamil dan dikenal sebagai penyanyi seksi itu akan ditulis dalam tanda kutip atau tidak.
Mengenai konsernya di Surabaya, juara pertama Grand Final Cipta Pesona Bintang di RCTI tahun 1995 itu tidak mau membuka keterangan akan mendatangkan bintang tamu siapa.
Jeffry Waworuntu juga menolak membuka siapa yang akan mendampingi Glenn. Ia menegaskan bahwa dirinya tidak pernah menonjolkan bintang tamu agar penikmat konser itu betul-betul ingin menikmati Glenn.

"Acapella Mataraman" Tampilkan "Cangkem Kwadrat" di FSS

Surabaya, 5/6 (ANTARA) - Kelompok musik dengan menggunakan mulut asal Yogyakarta, "Acapella Mataraman" tampil pada Festival Seni Surabaya (FSS) 2008 dengan tema, "Cangkem Kwadrat" di Balai Pemuda Surabaya, Kamis malam.
Komposer Acapella Mataraman, Pardiman Djojonegoro kepada wartawan seusai gladi bersih mengatakan bahwa tema yang ditampilkan dalam pentasnya kali ini menggambarkan kondisi yang dialami bangsa Indonesia.
"Cangkem kwadrat itu kan berarti mulut banyak. Sekarang di negeri kita ini orang kan pada ngomong sendiri-sendiri. Mereka saling menyalahkan, sementara yang ngomong solusi tidak ada. Kita ini hanya saling mencerca," kata alumni ISI Yogyakarta itu.
Karena itu, katanya, dalam beberapa komposisinya yang dibawakan di FSS ini secara harfiah tidak memiliki arti apa-apa, seperti yang biasa dilakukan anak kecil yang baru belajar bicara.
"Anak kecil yang baru belajar bicara itu kan seringkali tidak kita mengerti bicaranya, tapi maksudnya kita tahu. Secara visual kita bisa merasakan makna dalam lagu-lagu yang kami bawakan," katanya.
Kelompok musik yang berdiri tahun 1992 dengan dimotori anak-anak jurusan musik ISI itu membawakan 12 lagu di FSS. Mereka tampil dengan penyanyi utama, dua perempuan, Soimah dan Devi.
Kelompok yang kini juga beranggotakan mahasiswa UNY itu mengawali pentasnya dengan lagu berjudul "Juru Seng Seng" yang diakui Pardiman terinspirasi dari sebuah musik orkestra dengan segala kemegahannya.
"Lagu kedua adalah tembang Jawa yang lebih soft, yakni Oral Kambang dilanjutkan dengan Cokolo Komok, Ngremo Dugem, Empring, Sinarko-Ba, Dil Khogaya (India), Orkes Cangkem dan lainnya," katanya.
Pada gladi bersih tampak, mereka memainkan sejumlah lagu tembang Jawa, namun kemudian disambung dengan bahasa Mandarin, bahkan lagu barat, termasuk lagu dari Batak dan kosidahan.
Bahkan, sebagaimana diungkapkan Pardiman, sebagai bentuk pernghormatan terhadap Jawa Timur, mereka juga membawakan tembang bernuansa Ngremo dan Jula Juli yang merupakan kesenian khas Jawa Timur.
Soimah sempat bernyanyi dengan tarian Ngremo dan diselingi dengan gaya mirip "goyang gergaji" seperti yang biasa ditampilkan penyanyi dangdut asal Jember, Jatim, Dewi Persik.

Musisi Elektro Prancis Tampil di Surabaya

Surabaya, 6/6 (ANTARA) - Musisi elektronika asal Prancis, Dj Christophe Monier akan tampil membawakan konser bertajuk "The Micronauts" di sebuah rumah musik di Jl Taman Apsari Surabaya, Rabu, 11 Juni mendatang.
Atase Pers Pusat Kebudayaan Prancis (CCCL), Pramenda Krishna Airlangga di Surabaya, Jumat mengemukakan bahwa komposisi "The Micronauts" telah ditampilkan di berbagai negara dan kali ini dipersembahkan untuk masyarakat Surabaya.
"Penampilan ini merupakan rangkaian dari Festival Musim Semi Prancis dengan menghadirkan keanekaragaman kesenian Prancis kontemporer untuk publik Asia, selain bidang seni tari dan teater pantomim," katanya.
Ia menjelaskan, Christophe Monier adalah seniman independen yang setiap tampil mampu membakar semangat penonton untuk menikmati musiknya.
"Ia mulai berkiprah di bidang musik elektro di Prancis sejak tahun 1991. Publik Surabaya dapat menikmati karyanya pada beberapa musik remiks yang belum dikenal," katanya.
Setelah meluncurkan album "eDEN" bersama teman-temannya, Christophe Monier memproduksi beberapa musik disco untuk proyek solo atau duo-nya.
Christophe Monier yang aktif menekuni musik elektronik sejak awal booming di Prancis, kini menempati papan atas di kancah musik masa kini.
"Hal itu merupakan hasil dari eksperimen selama bertahun-tahun dimana ia mengkombinasikan orisinalitas dan keberhasilan kerja personal yang murni," katanya.

Rabu, 04 Juni 2008

Glenn Fredly Hibur Warga Surabaya

Surabaya, 4/6 (ANTARA) - Setelah sukses di Jakarta, penyanyi Glenn Fredly akan menggelar konser lanjutan di SSCC Pakuwon, Surabaya, Jumat (6/6) mendatang dengan tema, "Intimate Concert with Glenn Fredly".
Glenn dalam jumpa pers di Surabaya, Rabu mengemukakan bahwa dirinya akan memberikan energi yang sama dengan publik Jakarta untuk penggemarnya di Kota Pahlawan ini.
"Musik itu tidak mengenal segmen karena bahasanya universal. Cuma mungkin ekspresinya yang berbeda untuk Surabaya dan Jakarta," katanya yang saat itu didampingi promotor dan juga pimpinan Ruth Sahanaya Productions (RSP), Jeffry Waworuntu.
Suami Derwi Sandra itu mengemukakan bahwa dalam setiap konsernya yang dibawa adalah bahasa semua orang. Karena itu ia akan membawa penggemarnya untuk menikmati alur konser itu dari awal hingga akhir.
Pada kesempatan itu ia betul-betul tidak mau mengungkapkan siapa bintang tamu yang akan mendampingi dalam konser yang direncanakan membawakan 40 lagu itu. Rahasia itu juga dipegang saat konser di Jakarta dan kemudian menggandeng penyanyi dangdut Dewi Persik.
Jeffry Waworuntu mengemukakan bahwa pihaknya tidak pernah menonjolkan bintang tamu dalam konsep konser tunggal karena yang disuguhkan benar-benar sosok Glenn Fredly.
"Jadi orang datang itu benar-benar ingin menyaksikan Glenn, bukan bintang tamunya. Paling-paling kalau bintang tamu hanya tampil satu lagu dan maksimal dua lagu, tidak pernah lebih dari itu," katanya.
Suami Ruth Sahanaya itu memberikan jaminan bahwa konser untuk publik Surabaya ini akan lebih baik dibandingkan dengan Jakarta.
"Karena itu konser ini betul-betul terkonsep, bukan sekedar datang terus menyanyi. Kami konsep betul dalam semua hal, seperti tata lampu dan lainnya. Hanya saja kalau di Jakarta, Glenn berada di tengah penonton di Surabaya berbeda," ujarnya.
Ia kembali mengungkapkan mengapa dirinya memilih Glen, yaitu karena prestasi dan karya-karyanya yang memang bermutu. Ia memuji Glenn sebagai seniman multitalenta, yakni penyanyi, musisi dan juga komposer.
"Lirik-lirik lagu Glenn itu intim sekali dengan manusia dan termasuk dengan Tuhan. Karena itu tim kami memberi label konser ini dengan 'Intimate Concert'. Kami membawa 85 kru untuk Surabaya ini," katanya.
Ia mengemukakan bahwa dirinya memiliki komitmen mengenai nasionalisme melalui kesenian. Karenanya pihaknya akan menggelar konser tunggal setiap dua tahun sekali untuk penyanyi-penyanyi Indonesia yang berkualitas.
"Ini masalah nasionalisme agar musik Indonesia berjaya," katanya.

Wawan Sofwan Bawakan Monolog "DAM" di FSS

Surabaya, 4/6 (ANTARA) - Dramawan asal Jawa Barat, Wawan Sofwan membawakan monolog dengan lakon berjudul "Dam" karya Putu Wijaya dalam Festival Seni Surabaya (FSS) 2008 di Balai Pemuda Surabaya, Rabu malam.
Wawan yang ditemui wartawan saat gladi bersih mengemukakan bahwa lakon yang sudah dipentaskan di berbagai negara itu bercerita mengenai dunia peradilan dan sepak terjang para hakim di dalamnya.
"Lakon ini memberikan gambaran bagaimana gagapnya dan bancinya para hakim dalam menangani perkara di negeri ini," kata lulusan Pendidikan Kimia IKIP Bandung yang lebih menekuni dunia teater itu.
Ia menjelaskan, cerita itu dilatarbelakangi oleh rasa ketidakadilan dari si miskin sehingga membunuh si kaya. Si miskin merasa bahwa si kaya itu memperoleh kekayaan dengan tidak benar.
"Si miskin membunuhnya sehingga berbuntut ke pengadilan. Dari rekaman peristiwa di pengadilan itulah lakon ini berkembang," kata pria kelahiran Ciamis, Jabar, 17 Oktober 1965 itu.
Pada pementasannya itu, ia menggunakan media topeng untuk mencitrakan masing-masing tokoh. Pementasan "Dam" merupakan hari keempat dari agenda festival tahunan untuk memeriahkan peringatan HUT Kota Surabaya itu.
Sementara itu di hari kelima, Kamis (5/6) FSS menampilkan kelompok musik "Acapella Mataraman" dari Yogyakarta. Kelompok pimpinan Pardiman Djojonegoro itu sesuai latar belakangnya selalu membawakan musik-musik Jawa.
Namun demikian, kelompok itu juga menampilkan parodi dan humor. Karena itu seringkali dalam tembang-tembang Jawanya tiba-tiba muncul lagu berbahasa India, Mandarin atau bahkan Barat.

Senin, 02 Juni 2008

Kolaborasi Gagal Sawong Jabo - Kartolo di FSS

Oleh: Uki M. Astro

Panitia Festival Seni Surabaya (FSS) 2008 memiliki ikhtiar besar menyuguhkan pementasan menarik lewat kolaborasi pemusik Sawong Jabo dengan seniman Kartolo dan kawan-kawan yang didukung Gong Dolly Gong.
Pementasan pembuka festival tahunan yang ikut memeriahkan HUT Kota Surabaya, Minggu (91/6) malam itu memang memberikan hiburan segar bagi penonton, meskipun Kartolo dan Sawong Jabo bukan "barang" baru bagi warga kota pahlawan ini.
Penonton tidak bosan dengan banyolan-banyolan Kartolo yang malam itu didukung istrinya, Kustini, dan sejawatnya, Safari. Tepuk tangan panjang dan tawa terpingkal-pingkal para penonton menunjukkan ikhtiar panitia FSS mencapi target minimal.
Namun tujuan ideal kolaborasi itu gagal, karena kenyataannya Kartolo, Kastini, dan Safari tampak "berjalan" sendiri meninggalkan Jabo.
Pada pementasan yang disaksikan Menkominfo Mohammad Nuh itu Jabo tidak bisa mengimbangi tingkah polah pelawak ludruk itu. Beberapa kali Jabo hanya tersenyum, bahkan cenderung menjadi penikmat atas umpan yang dilemparkan Kartolo atau Safari.
Lebih-lebih saat itu, Jabo tidak dilengkapi dengan "mike" yang melekat di tubuhnya karena Jabo sibuk dengan gitar yang sebetulnya tidak dibutuhkan dalam kolaborasi tersebut.
Karena itu meskipun beberapa kali Jabo merespon guyonan Kartolo Cs, suaranya tidak terdengar penonton.
Kolaborasi itu menyuguhkan realitas pentas yang tidak berimbang, padahal sebetulnya Jabo yang lahir dan besar di Surabaya dikenal dengan ungkapan-ungkapan spontanitasnya yang juga kocak.
Beberapa adegan setidaknya mendukung kenyataan tersebut, seperti ketika Kartolo menyebut dirinya pernah bertemu Jabo di Australia, namun Jabo tidak menyapanya. Spontan Safari menyauti dengan menanyakan apakah Kartolo pernah ke Australia. "Masih rencana," jawab Kartolo.
Safari tak mau kalah menyebut dirinya pernah bertemu Jabo di Irak. Namun yang dimaksud bukan negara di Timur Tengah, melainkan kepanjangan dari "iringane jarak" atau sampingnya jarak, nama sebuah lokalisasi di Surabaya.
Demikian juga ketika ada suara seperti pesawat udara mendengung, para seniman panggung itu pura-pura kaget dan meyebut ada pesawat Belanda. Kustini secara spontan menyebut bahwa ternyata yang berdengung adalah hidung Jabo. Lagi-lagi Jabo hanya merespon dengan senyuman.
Respon yang cukup nyambung terjadi ketika Kartolo melontarkan sesuatu yang serius mengenai makna Kebangkitan Nasional bagi Jabo.
Menurut Jabo, Kebangkitan Nasional yang menjadi tema FSS tahun 2008 ini harus dimaknai sebagai kebangkitan semua elemen bangsa, termasuk kalangan seniman.
Selain itu di penampilan awal Kartolo, Gong Dolly Gong dari alat musik tradisinya memberikan dukungan penuh saat Kartolo "berkidung" (menyanyikan lagu-lagu Jawa).
Kegagalan kolaborasi itu tentu saja berbeda dengan harapan panitia. Sebagaimana diungkapkan Koordinator Program FSS 2008, R Giryadi bahwa penampilan mereka itu diharapkan betul-betul menjadi kolaborasi yang saling mengisi antara seniman tradisi dengan modern.
Jadi Jabo dengan Gong Dolly Gong bukan sekadar mengiringi Kartolo.
"Kami berharap, dalam pementasan itu akan muncul interaksi yang spontan antara Gong Dolly Gong dan Jabo dengan Kartolo Cs karena keduanya memiliki konsep yang sama dalam bermusik, yakni selalu merespon situasi sosial dan mereka juga egaliter," ujarnya.
Lepas dari kegagalan itu, penampilan Kartolo dan kawan-kawan serta Jabo dan Gong Dolly Gong tidak mengecewakan penonton.
Apalagi malam itu, Kastini tampil menjadi istri Safari. Lakon itu menjadi materi lawakan, misalnya ketika Kartolo nyeletuk mengapa Safari berani memperistri Kastini.
"Kalau begitu kamu tidak dikasih honor nanti," kata Kartolo yang menjadi bos dalam grup lawak itu.
Malam itu Kartolo membuka penampilannya dengan menyentil masalah BLT.
"Sekarang rezeki masih banyak. Besok saya mendapat BLT," kata Kartolo dalam bahasa Jawa.
Ia juga menyampaikan cerita bahwa dirinya bukan hanya seniman. Ia harus kreatif menghadapi kenyataan hidup saat ini dengan berdagang kapuk yang dikulak dari Malang.
"Tapi malang, kapuk yang diangkut satu truk di tengah jalan kehujanan sehingga kempes," kata Kartolo.
Sampai di Surabaya, kapuk itu dijemur, tapi malang lagi karena kemudian berhamburan disapu angin. Ia berusaha menyelamatkan dagangannya, namun malang lagi karena ia berselimut kapuk sehingga seperti Hanoman (tokoh kera dalam pewayangan).
"Anak-anak kecil lari semua. Ketika masuk kamar, istri saya juga ketakutan kemudian lari. Ia menabrak pintu, 'pentil'-nya (puting susunya) copot," katanya dalam bahasa Jawa yang tentunya disambut tawa penonton.
Sementara Gong Dolly Gong yang dibidani Jabo dengan mengusung kekayaan alat musik Indonesia itu tampil dengan dukungan dua vokalisnya, Alfred dan Sari Kriwil yang antara lain membawakan lagu, "Tetek Bengek".
Kelompok yang lagu-lagunya banyak berbicara realitas sosial yang hitam, seperti pelacuran itu mengawali pentasnya secara instrumentalia.
Musik modern itu didukung sejumlah alat akustik tradisi yang ditingkahi suara terompet sronen dari Madura yang tampak mendominasi.
Jabo yang memainkan gitar unik membawakan lagu-lagu lamanya yang pernah dibawakan saat bergabung dengan Kantata Takwa, yakni "Badut", "Hio" dan lainnya.
Sambutan meriah penonton menunjukkan bahwa pemilik nama asli Djohansyah itu masih memiliki magnet kuat di kampung halamannya.
Kolaborasi itu sempat terganggu oleh matinya lampu sekitar dua menit. Saat itu Kartolo sedang seru-serunya menampilkan permainan kocak. Di kegelapan itu, Safari sempat nyeletuk agar semua penonton menyalakan telepon selulernya untuk menerangi ruangan.
Insiden mati lampu itu disaksikan Menkominfo Mohammad Nuh dan sejumlah pejabat serta perwakilan negara asing.
"Peristiwa ini akan menjadi kenangan yang tak terlupakan. FSS mati lampu," kata Sawong Jabo yang kini banyak bermukim di Australia.
(T.M026/B/s018/s018) 02-06-2008 09:53:35

Menkominfo: Seni Budaya adalah Wilayah "Nyaman"

Surabaya, 1/6 (ANTARA) - Menkominfo, Mohammad Nuh mengemukakan bahwa dunia seni budaya adalah wilayah yang "nyaman" dibandingkan dengan wilayah kehidupan yang lainnya.
"Sementara dunia politik meskipun ada AD/ART-nya yang gegeran bisa lebih banyak daripada yang akur," katanya saat membuka Festival Seni Surabaya (FSS) 2008 di Balai Pemuda Surabaya, Minggu malam.
Ia melanjutkan bahwa dalam dunia seni budaya sebaliknya. Karena meskipun ada yang seharusnya digegeri, namun tidak bisa digegeri karena "maqom" (kedudukan berfikir) seniman sudah melampaui pola pemikiran kelompok lainnya.
"Maqom berfikir seniman itu ada di posisi keempat. Pertama, orang yang hanya berfikir sesuai disiplinnya, kedua adalah kombinasi dari berbagai disiplin ilmu, ketiga berfikir kreatif atau melintasi disiplin tertentu dan kombinasi tadi," katanya.
Untuk "maqom" keempat adalah, berfikir yang selalu menghormati perbedaan sebagai konsekuensi dari kreatitivitas. Karena itu, maka posisi seniman setidaknya berada di "maqom" ketiga.
"Level paling tinggi adalah berfikir yang berasis etika. Sekreativitas apapun cara berfikirnya harus memperhatikan etika ini," kata mantan Rektor ITS Surabaya yang pidatonya banyak diselingi bahasa Jawa gaya Surabaya itu.
Pada kesempatan itu ia mengemukakan bahwa bertemunya dua hal, yakni kebenaran dengan keindahan akan memunculkan kesempuranaan atau setidaknya mendekati kesempurnaan.
"Kebenaran susah ditangkap gara-gara nilai keindahan tidak melekat di dalamnya. Ketidakbenaran dengan kuasa estetika tinggi mudah diterima. Saya kira FSS mengambil sisi keduanya," ujarnya.
Pembukaan festival tahunan untuk memeriahkan HUT Kota Surabaya itu sendiri dihadiri Walikota Surabaya Bambang DH, Kapolwiltabes Kombes Pol Anang Iskandar, sejumlah perwakilan negara sahabat dan tokoh kesenian.
(T.M026/B/C004/C004) 01-06-2008 21:58:41

Botol, Senjata dan Vibartor dipameran Ojite

Oleh: Uki M Astro

Botol minuman keras, senjata, vibrator dan perempuan mendominasi pameran seni rupa bertema, "Blink" karya Ojite Budi Sutarno.
Pameran yang digelar di Puri Art Galeri, Surabaya, 28 Mei - 7 Juni 2008 dan dibuka budayawan Malang, Dr Djoko Saryono, MPd itu menampilkan seni lukis dan instalasi yang sebetulnya merupakan karya lama Ojite.
Pada karya lukis, tampak sekali Ojite sangat mengakrabi botol minuman keras. Botol-botol itu berkelindan di tubuh-tubuh dalam berbagai ekspresi.
Karya berjudul, "Terserang Halusinasi" yang dibuat tahun 2007 dengan cat akrilik pada kanvas, menggabarkan sesosok tubuh besar berwarna hijau memenuhi kanvas berukuran 150 x 140 sentimeter.
Di tengah tubuh besar itu ada rongga hitam yang di dalamnya terdapat botol terbalik dengan senjata laras panjang melintang, sementara wajah si tubuh besar itu mengkepresikan kegeraman.
Pada karya "Overload" yang dibuat tahun 2008, sosok wajah dalam goresan hitam putih dengan menatap botol minuman merk terkenal dan di sampingnya tergeletak daun ganja.
Di "Smile in The Wet Season" yang juga dibuat tahun 2008, ia melukis wajah topeng berwarna coklat dengan gigi besar bagian atas.
Si pemilik gigi yang salah satunya dipasangi asesoris itu sedang melirik botol minuman "Jack Daniels" yang di atasnya berhiaskan payung.
Lukisan "Traffic Light Devil", merupakan ekspresi dan kesan Ojite tentang polisi. Pada lukisan itu tampak wajah polisi yang di tangannya terdapat lambang bergaris hitam putih, sementara di sampingnya terdapat botol merk "Le Grand".
Di karya, "Vodka Lovers", Ojite nyata-nyata menampilkan kecintaannya pada minuman itu. Lagi-lagi tampil sesosok tubuh besar sedang duduk berjongkok sedang memegang sebotol Vodka dalam posisi terbalik.
Berbeda dengan karya lainnya, pada "Traffic Light Bandit", ia menampilkan botol minuman air mineral yang di bagian bawah tersisa air berwarna kuning. Botol itu dibingkai dalam tubuh berotot besar dan satu kapak.
"Kebetulan saja saya ini memiliki masa lalu yang bersentuhan dengan botol-botol itu. Tapi botol itu tidak selalu identik dengan minuman keras, bisa juga di dalamnya mengandung makna cinta," kata Ojite mengomentari dominasi botol itu.
Sementara di karya seni instalasinya, perupa asal Malang itu menampilkan sesosok perempuan berkulit kuning cerah sedang memeluk sesuatu yang disebutnya sebagai vibrator. Karya ini menggambarkan realitas perempuan modern yang tidak butuh laki-laki.
Karya berjudul, "Revolusi Seksual" yang sudah diikutkan dalam Biennale di Bali tahun 2006 itu dilengkapi dengan ranjang tanpa kasur dan lampu romantis warna biru. Karya itu dilengkapi dengan suara seperti getaran yang barangkali menggambarkan kerja vibrator.
Untuk instalasi yang lain, ia menampilkan perjalanan hidup manusia dengan judul, "Perjalanan Mengenali Diri". Karya dengan bingkai perahu yang bisa didorong itu menampilkan kaki-kaki yang menunjukkan perjalanan hidup manusia.
Di ujung bagian depan terdapat kepala anjing yang melambangkan kesetian hidup atau konsistensi terhadap pilihan-pilihan.
Pada karya "The Supporter" yang dibuat tahun 2006, ia menampilkan tubuh singa yang di kaki-kakinya melambangkan persebaran status sosial suporter sepak bola di Malang yang dikenal dengan sebutan "Sing Edan".

Wayang
Ojite mengemukakan, dalam berkarya, ia juga banyak mengadopsi kekayaan seni budaya Timur, seperti yang ditemukan pada karya wayang.
"Lewat karya ini saya bisa meninggalkan pakem seni rupa barat yang biasanya hanya fokus pada satu aspek, sementara kesenian Timur bisa banyak aspek. Memang berat karena melawan arus. Namun demikian saya tetap memasukkan pakem-pakem barat itu," katanya.
Pria yang lulus dari jurusan Seni Rupa IKIP Negeri Malang itu mengemukakan bahwa dirinya banyak menghasilkan karya dari hasil interaksi sesaat dengan beberapa kalangan maupun obyek, seperti benda dan termasuk para kolektor.
"Jadi sangat mungkin karya saya ini bisa berubah setelah berinteraksi dengan banyak aspek dan banyak kalangan," kata lelaki yang selalu berkepala gundul itu.
Agus Koecink yang menjadi kurator pada pameran Ojite kali ini mengemukakan bahwa filosofi "sesaat" dari pelukis kelahiran Malang, 23 Agustus 1960 itu telah memberikan ruang untuk melatih intuisi dan mempertajam kreativitas menangkap dengan sesaat apa-apa yang ada di sekitarnya.
"Ketika kita tidak meyakini bahwa setiap benda bergerak dan tidak bergerak hanya sebatas obyek, maka kita tidak akan mendapatkan sesuatu yang berarti, tapi bila kita meyakini bahwa di dalam setiap benda ada jiwanya, maka yang terjadi adalah berbeda," ujarnya.
Menurut dia, dalam kesadaran sesaat, benda-benda di sekitar kita akan memikat kalau tidak diabaikan, dan Ojite mampu melakukan hal itu. hal itu menunjukkan sebuah ritual yang sama pentingnya dengan ritual doa sehingga melatih Ojite menangkap rasa indah di dalam semua benda.
"Ojite dalam karya-karyanya menunjukkan rasa manunggaling dengan alam semesta, di mana darah, jiwa, pikiran dan nafasnya mengalir menjadi sebuah karya yang mempunyai rasa," ujarnya.
Sementara kurator senirupa dari Yogyakarta, Wahyudin lebih melihat pilihan karya yang digarap Ojite. Ia menilai bahwa sebenarnya bentuk lukisan Ojite adalah realistik, namun ia memenuhi karya-karyanya itu dengan isi yang surealistik.
Ia juga melihat baahwa dalam karya-karyanya kali ini, Ojite lebih banyak memperlihatkan sebuah dunia rekaan perihal kaum patriarkis yang penuh dengan kekerasan dan hal itu didominasi oleh laki-laki.
"Bentuk karya realistik yang dipadati dengan isi surealistik oleh sang pelukis menjadi suatu dunia imajiner dimana laki-laki adalah kaum penguasa," katanya.
Dengan demikian, boleh dibilang bahwa kaum perempuan adalah person yang tidak hadir dalam karya-karya Ojite. Katanya, hal itu bukan karena tak penting, tapi lebih karena kaum perempuan tak ubahnya bayang-bayang dari suatu kekuasaan besar kaum patriarkis. (T.M026/B/T010/T010) 30-05-2008 10:22:06

Ratna Riantiarno Baca Cerpen di FSS

Surabaya, 31/5 (ANTARA) - Tokoh teater, Ratna Riantiarno mengawali penyelenggaraan Festival Seni Surabaya (FSS) 2008 dengan membacakan cerpen berjudul, "Pledoi" karya Azizah Hefni di Gedung Utama Balai Pemuda Surabaya, Minggu (1/6) malam.
"Awalnya Ratna kami minta untuk membawakan monolog tapi karena naskahnya terlalu panjang, ia minta untuk membaca cerpen saja. Kebetulan seting cerpen yang diadaptasi dari Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer itu di Surabaya dan Sidoarjo," kata Koordinator Program FSS 2008, R Giryadi di Surabaya, Sabtu.
Ia berharap, meskipun Ratna tidak membawakan monolog tetap bisa menampilkan perfoma yang prima dan terbaik untuk warga Surabaya yang pada 31 Mei merayakan ulang tahun kota yang ke-715. FSS itu sendiri akan dibuka oleh Menkominfo, Mohammad Nuh di Surabaya, Minggu (1/6) malam.
Menurut dia, naskah Pledoi adalah karya anak muda, Azizah Hefni yang kini masih menuntut ilmu di UIN Malang. Karya itu dipilih sebagai bentuk penghargaan karena Azizah yang beberapa kali memenangkan lomba tingkat nasional menunjukkan potensinya dalam karya sastra.
"Kebetulan FSS kali ini memang bertujuan untuk mengangkat potensi seniman muda agar terus bangkit untuk menampilkan karya-karyanya yang lebih baik lagi," kata Giryadi yang juga pemain teater itu.
Selain penampilan Ratna, even tahunan yang kali ini bertema "100 Tahun Kebangkitan Nasional; Tribute to Surabaya" itu pada malam pertama menampilkan kolaborasi pemusik Sawong Jabo dengan kelompok musiknya Gong Dolly Gong dan seniman tradisi Kartolo dan kawan-kawan.
"Kami berharap ini betul-betul merupakan kolaborasi yang saling mengisi antara seniman tradisi dengan modern. Jadi Jabo dengan Gong Dolly Gong bukan sekedar mengiringi Kartolo," katanya.
Ia berharap, dalam pementasan itu akan muncul interaksi yang spontan antara Gong Dolly Gong dengan Kartolo Cs. Keduanya sebetulnya memiliki konsep yang sama dalam bermusik, yakni selalu merespon situasi sosial.
"Kalau konsep kesenian Jabo sangat egaliter dan terlihat sangat kasar, maka Kartolo juga sama, cuma dengan penampilan yang lucu. Itulah kesamaan visi mereka," katanya. ***1*** (T.M026/B/F002/F002) 31-05-2008 14:48:28

Ahli Sastra Jawa Australia Kunjungi Jatim

Surabaya, 30/5 (ANTARA) - Ahli bahasa dan sastra Jawa asal Australia, Prof George Quinn, PhD berkunjung ke Jawa Timur untuk berdiskusi dengan sastrawan mengenai perkembangan sastra Jawa.
"Profesor Quinn akan datang ke rumah saya Minggu, 1 Juni dan setelah itu beliau kabarnya akan ke Kediri. Beliau ingin melihat karya-karya terbaru saya," kata penulis sastra Jawa, Suparto Brata kepada ANTARA di Surabaya, Jumat.
Sementara Ketua Peguyuban Pengarang Sastra Jawa Surabaya (PPSJS), Bonari Nabonenar mengemukakan, dalam kunjungannya ke Jawa Timur, Quinn juga akan bertemu dengan para pegiat sastra Jawa di Balai Bahasa Surabaya, Senin (2/6) malam.
"Beliau akan banyak menggali perkembangan sastra Jawa dari teman-teman. Teman-teman dari luar Surabaya, seperti Bojonegoro banyak yang berminat untuk hadir dalam kegiatan urun rembuk ini," katanya.
Selain menggali perkembangan sastra Jawa, dosen "Australian National University" (ANU) yang lahir tahun 1943 di Selandia Baru itu juga akan berbagi ilmu dengan para sastrawan Jawa di Jatim.
"Intinya kami akan sharing atau saling berbagi. Beliau itu awalnya mengirim surat secara pribadi-pribadi untuk bertemu. Agar lebih efektif, maka saya carikan lokasi untuk bertemu bersama," katanya.
George Quinn merupakan dosen senior di Australian National University di Canberra. Selain menggeluti sastra dan budaya Jawa, ia juga meneliti tentang perkembangan agama Katolik Roma di Timor Timur.
George Quinn terkenal dengan penelitiannya mengenai novel dalam bahasa Jawa dan diterbitkan dengan judul "The Novel in Javanese" tahun 1992 dan diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan judul "Novel Berbahasa Jawa" tahun 1995. (T.M026/B/B007/B007) 30-05-2008 08:59:51

Puluhan Karya Seni Rupa Mahasiswa Jatim dipamerkan

Surabaya, 30/5 (ANTARA) - Puluhan karya mahasiswa se Jawa Timur yang terdiri atas lukisan, fotografi dan komik dipamerkan dalam rangkaian Festival Seni Mahasiswa Jatim di Mustafa Center, Royal Plasa, Surabaya mulai 30 Mei hingga 1 Juni 2008.
Ketua Badan Pembina Seni Mahasiswa Indonesia (BPSMI) Jawa Timur, Drs Heri Saptono, MSi kepada ANTARA di Surabaya, Jumat mengemukakan, karya-karya itu telah diseleksi yang terbaik untuk masing-masing bidang seni.
"Lukisan itu sebetulnya ada 27 karya, namun yang dipamerkan 10 karya, fotografi ada 77 karya yang dimaperkan 15 terbaik untuk warna dan tujuh untuk hitam putih dan komik ada 28 karya yang ditampilkan hanya 10 terbaik," ujarnya.
Selain itu pameran tersebut juga akan dimeriahkan dengan penampilan 10 karya film pendek terbaik karya mahasiswa. Ada 17 judul film yang masuk dalam festival itu dengan tema menampilkan kondisi masyarakat yang terpinggirkan.
"Secara umum, dari sisi kuantitas jumlah karya yang masuk tahun ini lebih banyak dibandingkan tahun-tahun sebelumnya sehingga memberikan peluang kepada panitia untuk memilih karya terbaik untuk dikirimkan ke Pekan Seni Mahasiswa Nasional di Jambi," ujarnya.
Ia mengemukakan bahwa untuk film pendek ini sebetulnya panitia bisa memilih 10 karya terbaik, namun kuota untuk Pekan Seni Mahasiswa Nasional hanya satu judul, demikian juga untuk karya komik dan seni rupa lainnya.
Ia mengemukakan bahwa BPSMI menggelar festival itu untuk mengembangkan bakat dan minat seni budaya mahasiswa Jatim. Festival itu telah digelar di Universitas Negeri Malang (UM) sejak 26 Mei lalu, sementara untuk bidang seni tertentu digelar di Surabaya.
Selain seni rupa, sejumlah bidang seni dipertandingkan dalam festival itu, seperti, tarik suara, seni desain, membaca puisi, monolog dan tari. (T.M026/B/B007/B007) 30-05-2008 08:39:02

Anang Hanani Baca Puisi Lintas Dekade

Surabaya, 29/5 (ANTARA) - Dramawan senior asal Surabaya, Anang Hanani membacakan puisi-puisi Chairil Anwar dengan ekapresi dan gaya lintas dekade mulai tahun 1950-an hingga masa kini di Galeri Surabaya, Jumat (30/5) malam.
"Ini merupakan obsesi saya setelah lama tidak membaca puisi. Saya akan tampil dengan ekspresi dan gaya yang berbeda mulai tahun 1958 hingga gaya mutakhir saat ini," kata Anang Hanani di Surabaya, Kamis.
Deklamator berusia 60 tahun yang pertama kali membaca puisi di depan umum tahun 1958 itu menceritakan, tahun 1950-an ia membaca puisi dengan kecenderungan suara mendayu-dayu dan gerakannya mirip dengan operet.
"Tahun 1960-an gaya seperti itu sudah mulai berkurang dan dekade-dekade berikutnya mulai berubah karena lebih ekspresif akibat dari perkembangan kreativitas yang semakin tinggi. Itu yang saya jalani dan menjadi kecenderungan umum dalam membaca puisi," katanya.
Hal itu tentunya berbeda dengan gaya penyair-penyair besar seperti Suratdji Calzoum Bachri yang memiliki kekhasan tersendiri, baik dalam hal isi puisi maupun dalam kreativitas geraknya.
"Sementara WS Rendra dan Taufik Ismail relatif sama, yakni mengedepankan isi puisi dengan ekspresi yang datar. Dalam teknik pembacaan puisi keduanya tidak terlalu istimewa," ujarnya.
Pada pembacaan puisi itu, Anang akan membawakan sekitar 15 puisi yang umumnya merupakan karya Chairil Anwar. Hal ini dilatarbelakangi bahwa saat awal-awal membaca puisi, ia lebih banyak memilih karya-karya si "Binatang Jalang" tersebut.
Selain membaca puisi, pada kesempatan itu, ia juga akan mengajak pemirsanya untuk berdiskusi mengenai teknik pembacaan maupun puisi-puisi yang dibawakan. Pada kesempatan itu ia akan berbagi pengalaman dengan seniman-seniman muda.
"Nantinya saya akan mengundang teman-teman lama yang membaca puisi dan seangkatan dengan saya. Saya akan ajak mereka untuk membuat rekaman video teknik pembacaan puisi dari masa ke masa," katanya. (T.M026/B/I007/I007) 29-05-2008 19:24:46

Rabu, 28 Mei 2008

The Rock Manggung di Koarmatim

Surabaya, 28/5 (ANTARA) - Sejumlah kelompok musik papan atas, yakni The Rock, Kangen Band, Matta, serta Andra & The Backbone akan tampil di Koarmatim untuk memeriahkan HUT ke 715 Surabaya dan memeriahkan 10 tahun Kebangkitan Nasional.
Kadispen Koarmatim, Letkol Laut (KH) Drs Toni Syaiful dalam siaran persnya di Surabaya, Rabu menyebutkan, selain itu juga akan menampilkan Five Minute, Roullete, Aura Kasih, Kobe, Ussy dan lainnya.
"Panggung gembira untuk rakyat, prajurit dan keluarganya yang akan digelar, Sabtu (31/5) malam di sebelah timur Monjaya itu akan dipandu pembawa acara Andhara Early, Randy Pangalila, dan Verlita Evelyn," katanya.
Menurut Kadispen, karena terbuka untuk umum, maka untuk memudahkan para penonton, khususnya masyarakat umum memasuki area pertunjukan, TNI AL menyiapkan beberapa kendaraan bus dari pos penjagaan menuju lokasi.
"Untuk pengamanan, panitia juga telah menyiapkan sekitar 800 personel dari Koarmatim, Marinir dan Lantamal V. Pentas musik yang akan disiarkan langsung di stasiun televisi swasta itu akan dimulai pukul 20.00 WIB hingga pukul 23.30 WIB," katanya.
Ia menjelaskan, pentas musik itu juga diharapkan menjadi sarana hiburan bagi prajurit TNI AL yang pada Juni mendatang akan mengikuti latihan gabungan (Latgab) TNI.

Perupa Ojite Pameran di Surabaya

Surabaya, 28/5 (ANTARA) - Perupa asal Malang, Ojite Budi Sutarno memamerkan karyanya dalam bentuk lukisan dan seni instalasi bertema, "Blink" di Puri Art Galeri, Surabaya mulai 28 Mei hingga 7 Juni 2008.
"Ini merupakan karya-karya lama yang saya padu dengan beberapa karya yang baru. Untuk yang seni instalasi adalah karya lama dan sudah pernah dipamerkan," kata Ojite di sela-sela persiapan pembukaan pameran di Surabaya, Rabu.
Untuk karya instalasi "Revolusi Seksual" yang bercerita mengenai kecenderungan perempuan masa kini yang tidak butuh laki-laki karena digantikan alat-alat seksual modern itu sudah pernah diikutkan dalam Biennale di Bali tahun 2006.
Sementara karya instalasi berjudul "Perjalanan Mengenali Diri" yang bercerita mengenai perjalanan hidup manusia dari bayi hingga dewasa itu pernah diikutkan dalam Biennale Yogyakarta tahun 2007.
Ojite mengemukakan, dalam berkarya, ia banyak mengadopsi kekayaan seni budaya Timur, seperti yang ditemukan pada karya wayang. Hal itu dilakukan karena kesenian Timur memiliki keunikan tersendiri.
"Lewat karya ini saya bisa meninggalkan pakem seni rupa barat yang biasanya hanya fokus pada satu aspek, sementara kesenian Timur bisa banyak aspek. Memang berat karena melawan arus. Namun demikian saya tetap memasukkan pakem-pakem barat itu," katanya.
Lulusan Seni Rupa IKIP Negeri Malang itu mengemukakan bahwa dirinya banyak menghasilkan karya dari hasil interaksi sesaat dengan beberapa kalangan maupun obyek, seperti benda dan termasuk para kolektor.
"Jadi sangat mungkin karya saya ini bisa berubah setelah berinteraksi dengan banyak aspek dan banyak kalangan," kata lelaki yang selalu berkepala gundul itu.
Pada pamerannya yang dibuka oleh budayawan dari Universitas Negeri Malang (UM), Dr Djoko Saryono, MPd,Ojite banyak menampilkan obyek botol yang dirangkai dengan obyek-obyek lain, khususnya untuk karya lukisan.
"Kebetulan saja saya ini memiliki masa lalu yang bersentuhan dengan botol-botol itu. Tapi botol itu tidak selalu identik dengan minuman keras, bisa juga di dalamnya mengandung makna cinta," katanya.
Sementara kurator Agus Koecink mengemukakan bahwa Ojite memang memiliki kekuatan pada karya-karya seni instalasinya dibandingkan dengan karya-karya lainnya.
"Ojite dalam karya-karyanya menunjukkan rasa manunggaling dengan alam semesta, di mana darah, jiwa, pikiran dan nafasnya mengalir menjadi sebuah karya yang mempunyai rasa," ujarnya.

Selasa, 27 Mei 2008

Diskon Buku 70 % di FSS

Surabaya, 27/5 (ANTARA) - Pasar kreatif dalam ajang Festival Seni Surabaya (FSS) 2008 di Balai Pemuda Surabaya, 1 - 15 Juni mendatang menjanjikan diskon buku-buku berkualitas mulai 10 persen hingga 70 persen.
"Bahkan banyak buku yang dijual khusus dengan harga hanya Rp5.000-an. Ini merupakan diskon besar-besaran di tengah harga buku yang kini bertambah mahal," ujar PO Pasar Kreatif FSS 2008, Arie Istiawan di Surabaya, Selasa.
Ia mengemukakan bahwa pihaknya menyediakan 28 stand untuk buku yang akan diisi oleh 17 penerbit, sedangkan untuk bursa kaos oblong disediakan 18 stand dengan memajang barang-barang yang produksinya terbatas dengan gaya desain yang unik.
Menurut Arie, pada kegiatan itu penerbit juga menjanjikan membawa buku-buku edisi terbaru dengan harga khusus. Karena itu buku-buku yang disediakan berbeda dibandingkan dengan yang ada di toko buku.
Untuk bursa kaos, FSS juga menyediakan desain khusus gaya Suroboyoan, seperti produk Cak-Cuk, Cangkrukan, Alapola (Madura) dan KK. Dalam ajang itu pengunjung bisa memesan langsung desain kaos dengan harga terjangkau.
"Yang paling unik adalah, kata-kata yang sering digunakan Cak Priyo Aljabar, pelawak yang juga presenter di televisi swasta akan dipajang di arena bursa ini. Ucapan Cak Priyo layak diabadikan di kaos karena banyak mengandung motivasi," katanya.
Untuk meramaikan suasana pasar kreatif, katanya, panitia juga bakal menggelar musik live dari kelompok musik indie, Flamingo, jazz akustik dan parade band kampus setiap hari mulai pukul 18.00 hingga dinihari.
Mengantisipasi cuaca buruk, panitia juga memberikan fasilitas stand yang tahan hujan. Untuk kenyamanan pengunjung panitia menyediakan penerangan dengan lampu mercuri 250 watt setiap stand, penerangan jalan 500 watt di 12 titik.
"Nantinya stand itu akan dijaga oleh tiga tenaga pengamanan yang disewa secara khusus. Karena itu panitia menjamin keamanan stand setiap malamnya," ujar Arie. (T.M026/B/B007/B007) 27-05-2008 14:51:22

Ciputra Support Seni Lukis Surabaya

Surabaya, 5/5 (ANTARA) - Salah seorang kolektor yang juga pengusaha bidang perumahan, Ir Ciputra (Pak Ci) tampaknya sangat mendukung perkembangan seni lukis di Kota Surabaya dan sekitarnya dengan ditandai banyaknya karya pelukis Kota Pahlawan itu yang menjadi koleksi museumnya.
"Pak Ci memang serius dukungannya pada seni rupa, khususnya karya lukis dari teman-teman Surabaya. Beliau akhir-akhir ini banyak mengoleksi karya pelukis Surabaya untuk koleksi museumnya di Jakarta," kata kurator lukisan, Freddy H Istanto di Surabaya, Senin.
Dekan Fakultas Teknologi dan Desain Universitas Ciputra Surabaya itu mengemukakan bahwa pada Kegiatan "Pasar Seni Lukis Indonesia 2008" yang digelar Sanggar Merah Putih di Balai Pemuda Surabaya, 2 - 12 Mei, Ciputra telah mengoleksi tiga karya pelukis.
"Ketiga karya berupa potret diri Pak Ci itu adalah karya Asri Nugroho (Surabaya), Asep Leoka (Semarang) dan Auly (Semarang) yang semuanya merupakan peserta pasar seni lukis," katanya.
Selain karya ketiga pelukis itu, pada awal Mei ini Ciputra juga mengoleksi lukisan karya Jansen Jasien berjudul, "The Historical Building of Tandjoeng Perak". Lukisan itu merupakan karya utama Jansen pada pamern tunggalnya bertema, "Tanjoeng Perak Tepi Laoet", 25 - 31 Maret 2008.
"Sebelumnya Pak Ci juga mengoleksi lukisan berjudul, 'Toast' karya pelukis Surabaya, Dukan Wahyudi. Lukisan berukuran 1 x 1 meter itu juga merupakan potret diri Pak Ci yang akan menjadi koleksi museumnya," kata Freddy yang juga pegiat Kelompok Pekerja Seni Pecinta Sejarah (KPSPS) Surabaya.
Sementara pegiat seni lukis Surabaya, Rully Anwar mengemukakan bahwa banyaknya karya asal Surabaya yang diminati koleksi besar seperti Ciputra itu memberikan sinyal positif yang tidak boleh diabaikan oleh para pelukis Surabaya dan sekitarnya.
"Ini merupakan apresiasi yang menguat bagi karya-karya teman-teman pelukis Surabaya. Saya kira momentum ini harus disikapi dengan sangat positif oleh teman-teman. Selama ini kolektor besar kan berburu lukisan di Jakarta atau ke Singapura, kini Surabaya mulai dilirik," ujarnya.
Ia sendiri mengemukakan bahwa geliat seni lukis di Surabaya juga menunjukkan sisi positif dari segi kuantitas. Hal itu dibuktikan dengan banyaknya pameran lukisan, bahkan satu hari bisa digelar pameran di dua lokasi. (T.M026/B/B007/B007) 05-05-2008 18:11:55

Jabo - Kartolo Buka FSS 2008

Surabaya, 2/5 (ANTARA) - Kolaborasi antara Sawong Jabo, Kartolo dan kelompok "Jangan Asem" akan membuka pelaksanaan Festival Seni Surabaya (FSS) 2008 yang dipusatkan di komplek Balai Pemuda mulai 1 hingga 15 Juni mendatang.
"Ini merupakan perpaduan antara musik kontemporer yang diwakili Jabo, musik tradisi yang diwakili Cak Kartolo dan musik anak muda dari Jangan Asem Surabaya," kata Ketua Umum FSS 2008, Riadi Ngasiran kepada ANTARA di Surabaya, Jumat.
Ia mengemukakan, secara teknis pementasan tiga generasi dan aliran musik itu awalnya tampil sendiri-sendiri kemudian akan bermain dalam konsep musik bersama. Jabo, Kartolo dan kelompok Jangan Asem saat ini sudah melakukan komunikasi intensif.
"Cuma bagaimana bentuk musik yang akan dimainkan bersama itu belum bisa kami sampaikan sekarang. Apalagi mereka pasti akan melakukan berbagai improvisasi yang penampilannya pasti menarik untuk disimak bersama," kata pengamat seni rupa itu.
Menurut dia, kolaborasi itu merupakan ajang "kangen-kangenan" (pelepas rindu) dari ketiga generasi dan kelompok itu karena mereka adalah musisi yang tumbuh dan besar di Kota Surabaya, sementara Jabo saat ini banyak tinggal di Australia.
Ia mengemukakan bahwa saat ini para penyaji yang akan tampil dalam festival untuk memeriahkan HUT ke-715 Kota Surabaya itu sudah siap semua dengan komposisi lebih dari 50 persen berasal dari Jawa Timur dan selebihnya dari berbagai daerah di Indonesia.
Sebelumnya, penampilan kelompok gamelan pimpinan kartunis, GM Sudarta telah mengawali peluncuran program FSS 2008 di Gedung Cak Durasim, Surabaya, 6 Maret lalu. GM Sudarta tampil dengan kelompok gamelannya bernama "Wiridan Paguyuban Seni Laras Madyo Al-Muqorrobin". ***2*** (T.M026/B/B007/B007)