Surabaya, 29/5 (ANTARA) - Dramawan senior asal Surabaya, Anang Hanani membacakan puisi-puisi Chairil Anwar dengan ekapresi dan gaya lintas dekade mulai tahun 1950-an hingga masa kini di Galeri Surabaya, Jumat (30/5) malam.
"Ini merupakan obsesi saya setelah lama tidak membaca puisi. Saya akan tampil dengan ekspresi dan gaya yang berbeda mulai tahun 1958 hingga gaya mutakhir saat ini," kata Anang Hanani di Surabaya, Kamis.
Deklamator berusia 60 tahun yang pertama kali membaca puisi di depan umum tahun 1958 itu menceritakan, tahun 1950-an ia membaca puisi dengan kecenderungan suara mendayu-dayu dan gerakannya mirip dengan operet.
"Tahun 1960-an gaya seperti itu sudah mulai berkurang dan dekade-dekade berikutnya mulai berubah karena lebih ekspresif akibat dari perkembangan kreativitas yang semakin tinggi. Itu yang saya jalani dan menjadi kecenderungan umum dalam membaca puisi," katanya.
Hal itu tentunya berbeda dengan gaya penyair-penyair besar seperti Suratdji Calzoum Bachri yang memiliki kekhasan tersendiri, baik dalam hal isi puisi maupun dalam kreativitas geraknya.
"Sementara WS Rendra dan Taufik Ismail relatif sama, yakni mengedepankan isi puisi dengan ekspresi yang datar. Dalam teknik pembacaan puisi keduanya tidak terlalu istimewa," ujarnya.
Pada pembacaan puisi itu, Anang akan membawakan sekitar 15 puisi yang umumnya merupakan karya Chairil Anwar. Hal ini dilatarbelakangi bahwa saat awal-awal membaca puisi, ia lebih banyak memilih karya-karya si "Binatang Jalang" tersebut.
Selain membaca puisi, pada kesempatan itu, ia juga akan mengajak pemirsanya untuk berdiskusi mengenai teknik pembacaan maupun puisi-puisi yang dibawakan. Pada kesempatan itu ia akan berbagi pengalaman dengan seniman-seniman muda.
"Nantinya saya akan mengundang teman-teman lama yang membaca puisi dan seangkatan dengan saya. Saya akan ajak mereka untuk membuat rekaman video teknik pembacaan puisi dari masa ke masa," katanya. (T.M026/B/I007/I007) 29-05-2008 19:24:46
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar