Senin, 02 Juni 2008

Botol, Senjata dan Vibartor dipameran Ojite

Oleh: Uki M Astro

Botol minuman keras, senjata, vibrator dan perempuan mendominasi pameran seni rupa bertema, "Blink" karya Ojite Budi Sutarno.
Pameran yang digelar di Puri Art Galeri, Surabaya, 28 Mei - 7 Juni 2008 dan dibuka budayawan Malang, Dr Djoko Saryono, MPd itu menampilkan seni lukis dan instalasi yang sebetulnya merupakan karya lama Ojite.
Pada karya lukis, tampak sekali Ojite sangat mengakrabi botol minuman keras. Botol-botol itu berkelindan di tubuh-tubuh dalam berbagai ekspresi.
Karya berjudul, "Terserang Halusinasi" yang dibuat tahun 2007 dengan cat akrilik pada kanvas, menggabarkan sesosok tubuh besar berwarna hijau memenuhi kanvas berukuran 150 x 140 sentimeter.
Di tengah tubuh besar itu ada rongga hitam yang di dalamnya terdapat botol terbalik dengan senjata laras panjang melintang, sementara wajah si tubuh besar itu mengkepresikan kegeraman.
Pada karya "Overload" yang dibuat tahun 2008, sosok wajah dalam goresan hitam putih dengan menatap botol minuman merk terkenal dan di sampingnya tergeletak daun ganja.
Di "Smile in The Wet Season" yang juga dibuat tahun 2008, ia melukis wajah topeng berwarna coklat dengan gigi besar bagian atas.
Si pemilik gigi yang salah satunya dipasangi asesoris itu sedang melirik botol minuman "Jack Daniels" yang di atasnya berhiaskan payung.
Lukisan "Traffic Light Devil", merupakan ekspresi dan kesan Ojite tentang polisi. Pada lukisan itu tampak wajah polisi yang di tangannya terdapat lambang bergaris hitam putih, sementara di sampingnya terdapat botol merk "Le Grand".
Di karya, "Vodka Lovers", Ojite nyata-nyata menampilkan kecintaannya pada minuman itu. Lagi-lagi tampil sesosok tubuh besar sedang duduk berjongkok sedang memegang sebotol Vodka dalam posisi terbalik.
Berbeda dengan karya lainnya, pada "Traffic Light Bandit", ia menampilkan botol minuman air mineral yang di bagian bawah tersisa air berwarna kuning. Botol itu dibingkai dalam tubuh berotot besar dan satu kapak.
"Kebetulan saja saya ini memiliki masa lalu yang bersentuhan dengan botol-botol itu. Tapi botol itu tidak selalu identik dengan minuman keras, bisa juga di dalamnya mengandung makna cinta," kata Ojite mengomentari dominasi botol itu.
Sementara di karya seni instalasinya, perupa asal Malang itu menampilkan sesosok perempuan berkulit kuning cerah sedang memeluk sesuatu yang disebutnya sebagai vibrator. Karya ini menggambarkan realitas perempuan modern yang tidak butuh laki-laki.
Karya berjudul, "Revolusi Seksual" yang sudah diikutkan dalam Biennale di Bali tahun 2006 itu dilengkapi dengan ranjang tanpa kasur dan lampu romantis warna biru. Karya itu dilengkapi dengan suara seperti getaran yang barangkali menggambarkan kerja vibrator.
Untuk instalasi yang lain, ia menampilkan perjalanan hidup manusia dengan judul, "Perjalanan Mengenali Diri". Karya dengan bingkai perahu yang bisa didorong itu menampilkan kaki-kaki yang menunjukkan perjalanan hidup manusia.
Di ujung bagian depan terdapat kepala anjing yang melambangkan kesetian hidup atau konsistensi terhadap pilihan-pilihan.
Pada karya "The Supporter" yang dibuat tahun 2006, ia menampilkan tubuh singa yang di kaki-kakinya melambangkan persebaran status sosial suporter sepak bola di Malang yang dikenal dengan sebutan "Sing Edan".

Wayang
Ojite mengemukakan, dalam berkarya, ia juga banyak mengadopsi kekayaan seni budaya Timur, seperti yang ditemukan pada karya wayang.
"Lewat karya ini saya bisa meninggalkan pakem seni rupa barat yang biasanya hanya fokus pada satu aspek, sementara kesenian Timur bisa banyak aspek. Memang berat karena melawan arus. Namun demikian saya tetap memasukkan pakem-pakem barat itu," katanya.
Pria yang lulus dari jurusan Seni Rupa IKIP Negeri Malang itu mengemukakan bahwa dirinya banyak menghasilkan karya dari hasil interaksi sesaat dengan beberapa kalangan maupun obyek, seperti benda dan termasuk para kolektor.
"Jadi sangat mungkin karya saya ini bisa berubah setelah berinteraksi dengan banyak aspek dan banyak kalangan," kata lelaki yang selalu berkepala gundul itu.
Agus Koecink yang menjadi kurator pada pameran Ojite kali ini mengemukakan bahwa filosofi "sesaat" dari pelukis kelahiran Malang, 23 Agustus 1960 itu telah memberikan ruang untuk melatih intuisi dan mempertajam kreativitas menangkap dengan sesaat apa-apa yang ada di sekitarnya.
"Ketika kita tidak meyakini bahwa setiap benda bergerak dan tidak bergerak hanya sebatas obyek, maka kita tidak akan mendapatkan sesuatu yang berarti, tapi bila kita meyakini bahwa di dalam setiap benda ada jiwanya, maka yang terjadi adalah berbeda," ujarnya.
Menurut dia, dalam kesadaran sesaat, benda-benda di sekitar kita akan memikat kalau tidak diabaikan, dan Ojite mampu melakukan hal itu. hal itu menunjukkan sebuah ritual yang sama pentingnya dengan ritual doa sehingga melatih Ojite menangkap rasa indah di dalam semua benda.
"Ojite dalam karya-karyanya menunjukkan rasa manunggaling dengan alam semesta, di mana darah, jiwa, pikiran dan nafasnya mengalir menjadi sebuah karya yang mempunyai rasa," ujarnya.
Sementara kurator senirupa dari Yogyakarta, Wahyudin lebih melihat pilihan karya yang digarap Ojite. Ia menilai bahwa sebenarnya bentuk lukisan Ojite adalah realistik, namun ia memenuhi karya-karyanya itu dengan isi yang surealistik.
Ia juga melihat baahwa dalam karya-karyanya kali ini, Ojite lebih banyak memperlihatkan sebuah dunia rekaan perihal kaum patriarkis yang penuh dengan kekerasan dan hal itu didominasi oleh laki-laki.
"Bentuk karya realistik yang dipadati dengan isi surealistik oleh sang pelukis menjadi suatu dunia imajiner dimana laki-laki adalah kaum penguasa," katanya.
Dengan demikian, boleh dibilang bahwa kaum perempuan adalah person yang tidak hadir dalam karya-karya Ojite. Katanya, hal itu bukan karena tak penting, tapi lebih karena kaum perempuan tak ubahnya bayang-bayang dari suatu kekuasaan besar kaum patriarkis. (T.M026/B/T010/T010) 30-05-2008 10:22:06

Tidak ada komentar: