Selasa, 10 Juni 2008

Suparto Brata Terbitkan 3 Novel Detektif Bahasa Jawa

Surabaya, 7/6 - 2008 (ANTARA) - Penulis sastra Jawa, Suparto Brata akan menerbitkan tiga novel detektif berbahasa Jawa yang diambil dari cerita bersambung dan pernah dimuat di beberapa majalah sekitar tahun 1970 dan 1990.
"Saya membukukan cerita detektif itu untuk merangsang orang membaca sastra Jawa karena biasanya banyak orang yang suka cerita detektif. Pengetikan ulang saya sendiri," kata Suparto kepada ANTARA di Surabaya, Sabtu.
Di usianya yang 76 tahun, penerima penghargaan sastrawan berprestasi Asia Tenggara, "The SEA Write Awards" di Bangkok, 12 Oktober 2007 itu tetap bertekad menjadikan sastra Jawa sebagai bacaan bergensi, bahkan di tingkat dunia.
Ketiga novelnya itu adalah, "Tretes Tintrim (Kota Tretes yang Sepi) pernah dimuat di Majalah Jayabaya, "Kunarto tan Bisa Kondho" (Mayat yang tidak Bisa Bicara) dimuat di Jayabaya tahun 1991-1992 dan "Garuda Putih" dimuat di majalah Panjebar Semangat tahun 1974.
Semua seting cerita dalam novel-novel yang sedang diketik ulang itu ada di Jawa Timur, yakni di Tretes dan Probolinggo. Tretes Tintrim dan Garuda Putih bercerita di Tretes, sedangkan Kunarto tan Bisa Kondho di Probolinggo.
Ia mengemukakan bahwa ktiga novelnya itu selalu menampilkan situasi dan prilaku masyarakat di kala cerita itu dibuat. Misalnya untuk novel Kunarto tan Bisa Kondho saat itu di masyarakat sedang marak dengan judi nomor buntut semacam togel.
"Novel Kunarto tan Bisa Kondho itu merupakan cerita detektif saya yang terakhir karena setelah itu saya menggarap cerita dengan tema-tema lain, termasuk sejarah," kata sastrawan produktif yang mendisiplinkan diri menulis setiap hari itu.
Pensiunan pegawai Pemkot Surabaya itu mengaku, kalau biasanya setiap pukul 04.00 pagi disibukkan dengan menulis novel baru dan kemudian dilanjutkan pada pagi hari setelah salat subuh dan olahraga, kini justru mengetik naskah lama.
"Soalnya dulu waktu menulis ketiga cerita bersambung itu kan tidak ada komputer sehingga tidak file-nya. Mudah-mudahan di tahun 2008 ini ketiga novel itu sudah selesai dan bisa segera terbit," kata pria kelahiran Surabaya, 27 Februari 1932 itu.
Ia mengaku, sebetulnya sudah ada ide-ide baru untuk menulis novel baru, namun pihaknya tetap konsisten untuk menyelesaikan pembukuan karya lama tersebut.
"Penerbitan novel itu sekarang masih tetap saya biayai sendiri, makanya pemasarannya sulit. Kadang-kadang tidak ada untung sama sekali," ujarnya.

Tidak ada komentar: