Jumat, 04 Juli 2008

GRUP MUSIK "WEDANG JAHE" PENTASKAN PILKADA DAN KPU

Surabaya, 20/6 (ANTARA) - Grup musik kontemporer Surabaya, "Wedang Jahe" mementaskan komposisi berjudul "Pilkada" dan "KPU" pada hari ketiga even "Surabaya Full Music" (SFM) yang digelar oleh Taman Budaya Jawa Timur (TYBJT) di Surabaya, Jumat malam.
Kelompok yang akan bermain sekitar 20 menit itu didukung oleh Sarjoko (biola), Ari (kendang reog), Mukmin (terompet), Fathony (dol, perkusi dari Bengkulu), Budi (srompet Reyog), Aulia (terbang) dan Aris Setiawan yang juga komposernya memegang gender.
Alat-alat musik itu berasal dari berbagai daerah, seperi gender dari gamelan jawa, Dol dari Bengkulu, terbang dan srompet biasa dimainkan untuk Reyog Ponorogo, seruling Sunda, seruling Banyuwangi dan lainnya.
Komposer kelompok "Wedang Jahe", Aris Setiawan mengatakan bahwa penyajian dua komposisi itu mencoba merespons pesta demokrasi yang saat ini sedang menjadi masalah menarik karena pada pesta demokrasi itu rakyat bisa memilih langsung.
"Namun di sisi lain pesta itu juga memunculkan konflik horizontal. Dalam hal ini saya lebih menekankan pada pesta yang di dalamnya terdapat berbagai suasana, ada perselisihan, kemarahan maupun kesedihan. Kesemuanya kami rekam lalu dituangkan ke dalam musik," ujarnya.
Pada kedua komposisi itu Aris menyisipkan suatu pesan agar dalam pilkada langsung itu tidak seharusnya membuat konflik dan sepatutnya ada kesadaran untuk bersikap dewasa dalam merespon perkembangan sistem kemasyarakatan.
Sementara pada komposisi KPU, ia ingin merekam suasana kerja, yakni KPU harus menghitung suara dan mengumumkan hasil kerja. Setelah hasilnya disampaikan, kemudian muncul kelompok yang tidak puas atau menolak.
"Karena itu sebenarnya antara karya Pilkada dan KPU itu suasana musiknya berkaitan," kata lulusan ISI Yogyakarta jurusan tari itu.
Ia mengemukakan bahwa Wedang Jahe merupakan kelompok musik yang cenderung pada bentuk etnik kontemporer. Kelompok ini didirikan Juli 2005 dengan spirit mengusung musik etnik sebagai pijakan dalam pementasannya.
"Namun demikian, musik etnik itu tidak dimainkan dalam pola tradisi, tetapi ada pengembangan dan eksplorasi sehingga alat musik etnik itu mampu memberikan inspirasi dalam suasana kekinian," katanya.

Tidak ada komentar: