Senin, 02 Juni 2008

Kolaborasi Gagal Sawong Jabo - Kartolo di FSS

Oleh: Uki M. Astro

Panitia Festival Seni Surabaya (FSS) 2008 memiliki ikhtiar besar menyuguhkan pementasan menarik lewat kolaborasi pemusik Sawong Jabo dengan seniman Kartolo dan kawan-kawan yang didukung Gong Dolly Gong.
Pementasan pembuka festival tahunan yang ikut memeriahkan HUT Kota Surabaya, Minggu (91/6) malam itu memang memberikan hiburan segar bagi penonton, meskipun Kartolo dan Sawong Jabo bukan "barang" baru bagi warga kota pahlawan ini.
Penonton tidak bosan dengan banyolan-banyolan Kartolo yang malam itu didukung istrinya, Kustini, dan sejawatnya, Safari. Tepuk tangan panjang dan tawa terpingkal-pingkal para penonton menunjukkan ikhtiar panitia FSS mencapi target minimal.
Namun tujuan ideal kolaborasi itu gagal, karena kenyataannya Kartolo, Kastini, dan Safari tampak "berjalan" sendiri meninggalkan Jabo.
Pada pementasan yang disaksikan Menkominfo Mohammad Nuh itu Jabo tidak bisa mengimbangi tingkah polah pelawak ludruk itu. Beberapa kali Jabo hanya tersenyum, bahkan cenderung menjadi penikmat atas umpan yang dilemparkan Kartolo atau Safari.
Lebih-lebih saat itu, Jabo tidak dilengkapi dengan "mike" yang melekat di tubuhnya karena Jabo sibuk dengan gitar yang sebetulnya tidak dibutuhkan dalam kolaborasi tersebut.
Karena itu meskipun beberapa kali Jabo merespon guyonan Kartolo Cs, suaranya tidak terdengar penonton.
Kolaborasi itu menyuguhkan realitas pentas yang tidak berimbang, padahal sebetulnya Jabo yang lahir dan besar di Surabaya dikenal dengan ungkapan-ungkapan spontanitasnya yang juga kocak.
Beberapa adegan setidaknya mendukung kenyataan tersebut, seperti ketika Kartolo menyebut dirinya pernah bertemu Jabo di Australia, namun Jabo tidak menyapanya. Spontan Safari menyauti dengan menanyakan apakah Kartolo pernah ke Australia. "Masih rencana," jawab Kartolo.
Safari tak mau kalah menyebut dirinya pernah bertemu Jabo di Irak. Namun yang dimaksud bukan negara di Timur Tengah, melainkan kepanjangan dari "iringane jarak" atau sampingnya jarak, nama sebuah lokalisasi di Surabaya.
Demikian juga ketika ada suara seperti pesawat udara mendengung, para seniman panggung itu pura-pura kaget dan meyebut ada pesawat Belanda. Kustini secara spontan menyebut bahwa ternyata yang berdengung adalah hidung Jabo. Lagi-lagi Jabo hanya merespon dengan senyuman.
Respon yang cukup nyambung terjadi ketika Kartolo melontarkan sesuatu yang serius mengenai makna Kebangkitan Nasional bagi Jabo.
Menurut Jabo, Kebangkitan Nasional yang menjadi tema FSS tahun 2008 ini harus dimaknai sebagai kebangkitan semua elemen bangsa, termasuk kalangan seniman.
Selain itu di penampilan awal Kartolo, Gong Dolly Gong dari alat musik tradisinya memberikan dukungan penuh saat Kartolo "berkidung" (menyanyikan lagu-lagu Jawa).
Kegagalan kolaborasi itu tentu saja berbeda dengan harapan panitia. Sebagaimana diungkapkan Koordinator Program FSS 2008, R Giryadi bahwa penampilan mereka itu diharapkan betul-betul menjadi kolaborasi yang saling mengisi antara seniman tradisi dengan modern.
Jadi Jabo dengan Gong Dolly Gong bukan sekadar mengiringi Kartolo.
"Kami berharap, dalam pementasan itu akan muncul interaksi yang spontan antara Gong Dolly Gong dan Jabo dengan Kartolo Cs karena keduanya memiliki konsep yang sama dalam bermusik, yakni selalu merespon situasi sosial dan mereka juga egaliter," ujarnya.
Lepas dari kegagalan itu, penampilan Kartolo dan kawan-kawan serta Jabo dan Gong Dolly Gong tidak mengecewakan penonton.
Apalagi malam itu, Kastini tampil menjadi istri Safari. Lakon itu menjadi materi lawakan, misalnya ketika Kartolo nyeletuk mengapa Safari berani memperistri Kastini.
"Kalau begitu kamu tidak dikasih honor nanti," kata Kartolo yang menjadi bos dalam grup lawak itu.
Malam itu Kartolo membuka penampilannya dengan menyentil masalah BLT.
"Sekarang rezeki masih banyak. Besok saya mendapat BLT," kata Kartolo dalam bahasa Jawa.
Ia juga menyampaikan cerita bahwa dirinya bukan hanya seniman. Ia harus kreatif menghadapi kenyataan hidup saat ini dengan berdagang kapuk yang dikulak dari Malang.
"Tapi malang, kapuk yang diangkut satu truk di tengah jalan kehujanan sehingga kempes," kata Kartolo.
Sampai di Surabaya, kapuk itu dijemur, tapi malang lagi karena kemudian berhamburan disapu angin. Ia berusaha menyelamatkan dagangannya, namun malang lagi karena ia berselimut kapuk sehingga seperti Hanoman (tokoh kera dalam pewayangan).
"Anak-anak kecil lari semua. Ketika masuk kamar, istri saya juga ketakutan kemudian lari. Ia menabrak pintu, 'pentil'-nya (puting susunya) copot," katanya dalam bahasa Jawa yang tentunya disambut tawa penonton.
Sementara Gong Dolly Gong yang dibidani Jabo dengan mengusung kekayaan alat musik Indonesia itu tampil dengan dukungan dua vokalisnya, Alfred dan Sari Kriwil yang antara lain membawakan lagu, "Tetek Bengek".
Kelompok yang lagu-lagunya banyak berbicara realitas sosial yang hitam, seperti pelacuran itu mengawali pentasnya secara instrumentalia.
Musik modern itu didukung sejumlah alat akustik tradisi yang ditingkahi suara terompet sronen dari Madura yang tampak mendominasi.
Jabo yang memainkan gitar unik membawakan lagu-lagu lamanya yang pernah dibawakan saat bergabung dengan Kantata Takwa, yakni "Badut", "Hio" dan lainnya.
Sambutan meriah penonton menunjukkan bahwa pemilik nama asli Djohansyah itu masih memiliki magnet kuat di kampung halamannya.
Kolaborasi itu sempat terganggu oleh matinya lampu sekitar dua menit. Saat itu Kartolo sedang seru-serunya menampilkan permainan kocak. Di kegelapan itu, Safari sempat nyeletuk agar semua penonton menyalakan telepon selulernya untuk menerangi ruangan.
Insiden mati lampu itu disaksikan Menkominfo Mohammad Nuh dan sejumlah pejabat serta perwakilan negara asing.
"Peristiwa ini akan menjadi kenangan yang tak terlupakan. FSS mati lampu," kata Sawong Jabo yang kini banyak bermukim di Australia.
(T.M026/B/s018/s018) 02-06-2008 09:53:35

Tidak ada komentar: